Mari Saling Menjaga Dan Saling Memotivasi


Berapa banyak orang yang bertekad untuk berjuang di jalan Alloh Subhaanahu wa Ta’ala ataupun bertaubat kepada Alloh Subhaanahu wa Ta’ala, namun tidak jarang kita temukan tidak adanya pengawasan melekat antara sesama pemuda ataupun para orang dewasa untuk saling memberikan kepedulian dan motivasi agar tetap kuat didalam semangat tersebut.
Kontrol dan suntikan motivasi sangat penting, sebab seseorang biasanya memiliki masa lalu yang selalu di ingatnya. Jika terbayang kembali masa lalunya itu, setan akan segera menggodanya untuk kembali seperti yang dulu. Kemudian datanglah bala tentara setan yang diperankan manusia-manusia iblis, menakut-nakutinya dengan bayangan masa lalunya itu. Bahkan terkadang mengancamnya bila ia tidak seperti yang dulu, mereka akan membongkar boroknya di hadapan orang banyak.Pada saat-saat seperti itu, ia tidak menemukan orang shalih dan istiqamah yang memberikan motivasi kepadanya. Sehingga ia terpengaruh bisikan bala tentara iblis tadi, akhirnya ia kembali kepada masa lalunya yang kelam.Kadang kala mereka menyeretnya ke dalam kemunafikan, dengan membisikkan ke telinganya: "Tetaplah engkau seperti ini secara lahir. Dan secara batin engkau dengan perbuatanmu seperti itu sehingga engkau pasti bersama orang-orang jahat juga nantinya!" Seringkali kita temui cara yang kurang tepat, yaitu nasihat pertama yang kita sampaikan kepada mereka adalah: "Hati-hati dengan si 'Fulan', jangan sekali-kali kamu mendekati-nya!. Cara seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah. Bahkan secara tidak disadari kita telah membantu setan untuk menyesatkan si 'Fulan' itu. Jarang sekali kita menemukan nasihat yang berbunyi: "Wahai saudaraku, hendaklah engkau menemani si Fulan dan membimbingnya."Seorang teman saya pada suatu hari mengadu bahwa ia baru saja keluar dari penjara, dan ia telah bertaubat kepada Alloh Subhaanahu wa Ta’ala. Dengan tegas ia katakan: "Apakah ada seorang teman yang shalih yang sudi membimbingku? Apakah ada pendamping yang shalih yang bersedia duduk bersamaku? Saya menjawab: "Tentu saja ada!" Namun dengan memelas ia berkata: "Akan tetapi mereka semuanya menjauh dariku!"Jika kita biarkan dia begitu saja, berarti kita membiarkan dia menjadi mangsa setan dan menjadi bala tentaranya. Jika Alloh Subhaanahu wa Ta’ala menyukai orang-orang yang bertaubat, mengapakah kita tidak menyukai mereka? Bukankah Rasululloh Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda, yang artinya: "Demi Alloh, sesungguhnya Alloh sangat senang dengan taubat hamba-Nya melebihi senangnya seseorang di antara kamu yang menemukan kembali ontanya yang hilang di padang luas." (HR: Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud dan Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu) Jika kita memang menyukai orang-orang yang bertaubat, mengapakah kita tidak membimbing mereka kepada jalan kebenaran dan hidayah serta ketaatan? Sudah selayaknya kita menuntun mereka untuk berbuat taat. Tentunya kita semua pernah mendengar kisah seorang yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa( seperti dalam tausyiah A'a gym beberapa waktu lalu di Daegu), kemudian bertanya di manakah orang yang paling alim di muka bumi? Ia pun ditunjukkan kepada seorang rahib (pendeta). Ia pun bertanya kepada pendeta itu, apakah masih terbuka pintu taubat baginya, sementara ia telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa? Pendeta itu menjawab: "Tidak!" Maka ia pun membunuh pendeta itu sehingga genaplah seratus jiwa yang telah dibunuhnya. Lalu ia bertanya lagi, di manakah orang yang paling alim di muka bumi? Ia pun ditunjukkan kepada seorang ulama. Ia bertanya kepada ulama itu, apakah masih terbuka pintu taubat baginya, sementara ia telah membunuh seratus jiwa? Ulama itu menjawab: "Ya, siapakah yang menghalangimu dari pintu taubat?" Ulama itu telah memberikan lampu hijau kepadanya untuk menorehkan lembaran baru dalam hidupnya. Ulama itu berkata: "Pergilah engkau ke negeri A, di sana terdapat orang-orang shalih yang senantiasa mengesakan Alloh Subhaanahu wa Ta’ala dalam beribadah, ikutilah mereka!" (HR: Al-Bukhari dan Muslim)Sekiranya orang itu menolak pergi ke negeri A tersebut, maka tidak ada pilihan baginya kecuali kembali kepada lingkungannya yang rusak. Namun takdir Allah Subhaanahu wa Ta’ala menentukan lain, orang itu mati di tengah perjalanan menuju ke sana. Oleh sebab itu wahai saudaraku, apabila datang seorang yang benar-benar ingin bertaubat, hendaklah kita bergembira dengan taubatnya itu. Namun masih saja ada yang mencibir: "Taubatnya belum seratus persen!" Kepada mereka saya katakan: "Wahai saudara-ku, barangkali ia masih khawatir atau takut kepada sebagian orang!" Atau masih saja ada yang mencemooh: "Ia baru kemarin meninggalkan alam maksiat, aku khawatir ia masih menyimpan sesuatu!" Dan masih ba-nyak lagi komentar-komentar lainnya, seperti: "Jangan-jangan ia nanti mengambil hartaku lalu minggat!" Apakah ini yang kau inginkan?! Sikap seperti itu bersumber dari pandangan dan hati yang belum seutuhnya terbentuk dengan baik dan benar. Tahan dulu, jangan terburu-buru! Sebab bukan seperti itu caranya, akan tetapi hendaklah kita teguhkan ia di atas ketaatan terlebih dulu, kita luruskan dan kita tuntun tangannya hingga timbul kepercayaan dirinya dan setelah itu ia dapat kembali ke daerahnya sebagai da'i kepada agama Alloh Subhaanahu wa Ta’ala. Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab
MediaMuslim.info



Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Posted by PUMITA on 10:29 PM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Mari Saling Menjaga Dan Saling Memotivasi"

Leave a reply