Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah
Segala puji hanya milik Allah Ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada utusan Allah, Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabat-sahabatnya. Sesungguhnya termasuk sebagian karunia Allah dan anugerah-Nya adalah Dia menjadikan untuk hamba-hamba-Nya yang shalih waktu-waktu tertentu dimana hamba-hamba tersebut dapat memperbanyak amal shalihnya. Diantara waktu-waktu tertentu itu adalah sepuluh hari (pertama) bulan Dzul Hijjah. Berkenaan dengan firman Allah Ta’ala (yang artinya): “Demi Fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 1-2)
Mayoritas ulama berpendapat bahwa dalam ayat ini Allah Ta’ala telah bersumpah dengan “sepuluh hari” pertama dari bulan Dzul Hijjah ini. Pendapat ini pula yang dipilih oleh Ibnu Jarir ath Thabari dan Ibnu Katsir Rahimakumullah dalam kitab tafsir mereka. Pada sepuluh hari pertama di bulan Dzul Hijjah ini pula kaum muslimin merayakan ‘Iedul Adha atau yang disebut juga yaumul Nahr merupakan hari yang memiliki beberapa keutamaan. Dalil yang menunjukkan keutamaan dan keagungan hari ‘Iedul Adh-ha adalah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Qurth Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: “Hari teragung di sisi Allah adalah hari ‘Iedul Adh-ha (yaumul Nahr) kemudian sehari setelahnya...”(HR. Abu Dawud). Dan hari yang agung ini dinamakan juga sebagai hari Haji Akbar. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “Dan (inilah) suatu pemakluman dari Allah dan Rasul-Nya kepada manusia pada hari haji akbar.” (QS. At Taubah:3)
Dan Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebut hari agung ini dengan sebutan yang sama. Karena sebagian besar amalan-amalan manasik Haji dilakukan pada hari ini, seperti menyembelih kurban, memotong rambut, melontar jumrah dan Thawaf mengelilingi Ka’bah (Zaadul Ma’aad). Namun apakah sepuluh hari Dzul Hijjah ini lebih mulia dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah menjawab persoalan ini dengan jawaban yang tuntas, dimana beliau menyatakan, “Sepuluh hari (pertama) Dzul Hijjah lebih utama daripada sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan. Dan sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam (terakhir) bulan Dzul Hijjah.” (Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah)
Muridnya Ibnul Qoyyim Rahimahullah juga menyatakan,”Ini menunjukkan bahwa sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan menjadi lebih utama karena adanya Lailatul Qadr, dan Lailatul Qadr ini merupakan bagian dari waktu-waktu malamnya, sedangkan sepuluh hari (pertama) Dzul Hijjah menjadi lebih utama karena hari-harinya (siangnya), karena didalamnya terdapat yaumun Nahr (hari berkurban), hari ‘Arafah dan hari Tarwiyah (hari ke delapan Dzulhijjah) (Zadul Maa’ad). Hari-hari sepuluh pertama bulan Dzul Hijjah ini memiliki beberapa keutamaan dan keberkahan, dan penjelasannya sebagai berikut:
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiada hari yang lebih di cintai Allah Ta’ala untuk berbuat suatu amalan yang baik dari pada hari-hari ini yaitu sepuluh hari Dzul Hijjah, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak pula dengan jihad fii sabilillah? Rasulullah menjawab, “tidak, tidak pula jihad fii sabilillah, kecuali jika ia keluar dengan jiwa dan hartanya, kemudian ia tak kembali lagi”.
Dan Imam Ahmad Rahimahullah meriwayatkan dri Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah Sholallahu’alaihi wasallam bersabda: “Tiada hari yang lebih baik dan lebih di cintai Allah Ta’ala untuk beramal baik padanya dari sepuluh hari Dzul Hijjah, maka perbanyaklah membaca tahlil (Laa ilaaha illallah), takbir (Allahu Akbar) dan tahmid (Alhamdulillah)”.
Begitu pula Ibnu Hibban dalam shahihnya meriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hari yang paling utama adalah hari Arafah” Dari Said bin Jubair Rahimahullah, dia meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, “Jika kamu masuk ke dalam sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah, maka bersungguh-sungguhlah sampai hampir saja ia tidak mampu menguasainya (melaksanakannya).” (HR. Ad Darimi, hadits hasan) Ibnu Hajar berkata dalam kitabnya Fathul Baari: “Sebab yang jelas tentang keistimewaan sepuluh hari di bulan Dzul Hijjah adalah karena pada hari tersebut merupakan waktu berkumpulnya ibadah-ibadah utama; yaitu shalat, shaum, shadaqah dan haji. Dan itu tidak ada di hari-hari selainnya.” Dan di antara keberkahan hari ‘Arafah yaitu, pada hari itu banyak orang yang dibebaskan oleh Allah ta’ala, dia mendekat ke langit dunia dan membangga-banggakan para jama’ah Haji di hadapan para Malaikat. Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari adzab Neraka daripada hari ‘Arafah. Sesungguhnya Dia (pada hari itu) mendekat, kemudian membangga-banggakan mereka (para jama’ah Haji) dihadapan para Malaikat. Lalu Dia bertanya, “Apa yang diinginkan oleh para jamah Haji itu?” (HR. Muslim)
Dan dari Jabir bin ‘Abdillah Rodhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Pada hari ‘Arafah sesungguhnya Allah turun ke langit dunia, lalu membangga-banggakan mereka (para jama’ah Haji) di hadapan para Malaikat, maka Allah berfirman, “Perhatikan hamba-hamba-Ku, mereka datang kepada-Ku dalam keadaan kusut berdebu dan tersengat teriknya matahari, datang dari segala penjuru yang jauh. Aku bersaksi kepada kalian (para Malaikat) bahwa Aku telah mengampuni mereka.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al Laalikai, dan Imam al Baghawi, hadits shahih)MediaMuslim.Info
0 komentar for "Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzulhijjah"