Puasa dan Perubahan Perilaku

Oleh : H Fuad Nashori

PUASA, sebagaimana aktivitas keagamaan lainnya, dimaksudkan untuk memperbaiki perilaku manusia. Dengan berpuasa manusia lebih bertakwa, lebih mengikatkan diri dengan Allah ‘azza wa jalla. Ketika seseorang bertakwa, maka ia hanya memiliki pilihan perilaku positif. Sebaliknya, ketika seseorang tidak bertakwa ia hanya bekerja untuk memenuhi hawa nafsunya. Puasa dimaksudkan untuk mengendalikan nafsu manusia sehingga yang dilakukan manusia adalah perilaku yang positif.

Pertanyaan yang dapat diajukan: sejauh mana puasa mengantarkan manusia pada perilaku yang positif dan terhindar dari perilaku yang destruktif? Saya pernah melakukan penelitian tentang kreativitas menulis pada 10 penulis muslim Indonesia. Salah satu jawaban yang saya peroleh, “puasa membuat saya lebih lancar dalam menulis”. Mengapa bisa demikian? Ketika berpuasa, yaitu puasa sunnah dan terutama puasa Ramadan, sesungguhnya seseorang sedang membersihkan qalbu atau hati nuraninya. Ketika hati nurani bersih, cahaya kebenaran dari Allah akan lebih mudah datang menerpanya. Kebenaran dari Allah akan hadir dalam berbagai wujud, salah satu yang penting adalah ide-ide yang cemerlang. Ide-ide yang cemerlang membuat penulis muslim lancar dalam menghasilkan artikel, esei, buku, dan sebagainya.
Selain itu puasa juga punya kekuatan untuk meningkatkan empati dan perilaku prososial. Di bulan puasa kita dirancang Allah untuk lebih memperhatikan sesama. Kita diwajibkan mengeluarkan zakat. Kita juga memberi makan kepada orang lain yang berpuasa serta bersedekah, berinfaq dan memberi hadiah kepada orang lain. Bila hamil atau menyusui dan tak dapat menjalankan puasa, wanita diminta membayar fidyah. Orang-orang yang bekerja pada kita seperti pembantu juga kita ringankan pekerjaannya. Itu semua menghidupkan empati (kemampuan untuk memahami perasaan orang lain) dan juga menghidupkan perilaku prososial (perilaku memberi pertolongan atau bantuan yang memiliki dampak positif bagi orang lain).
Puasa juga mampu mengendalikan perilaku destruktif manusia. Kita baca hadis tentang saran Nabi Muhammad terhadap para pemuda yang memiliki dorongan seksual namum belum dapat mengaktualisasikannya karena belum menikah. Saran beliau adalah agar para pemuda berpuasa. Puasa mempunyai fungsi untuk mengendorkan dorongan seksual. Para ulama percaya bahwa pusat nafsu ada di perut. Begitu perut diajak berpuasa, maka daya dorong nafsunya berubah. Puasa membuat dorongan seks mengalami penurunan.
Bagaimana puasa itu punya kemampuan mengubah perilaku kita? Pertama, puasa mengubah cara pandang kita. Puasa menjadikan kita lebih taat kepada Allah. Kesediaan menaati Allah menghasilkan kekuatan yang mendorong kita untuk berbuat positif dan meninggalkan yang destruktif. Mengapa demikian? Karena kita sadar Dia menghendaki kita menjadi rahmatan lil ‘alamin, beramar ma’ruf nahi munkar.
Kedua, puasa menghasilkan apa yang kita sebut pengulangan. Kalau seseorang melakukan sesuatu hingga berulang-ulang, maka ia menguatkan perilaku menjadi kebiasaan. Kebiasaan akan membentuk karakter. Puasa memungkinkan seseorang melakukann sesuatu hingga 29-30 kali. Kalau konsistensi 29-30 hari dapat dipenuhi, maka ia akan memiliki karakter baru. Karakter baru akan menghasilkan perilaku yang baru seperti lebih shaleh, lebih mampu kontrol diri, dan seterusnya.
(Penulis adalah Dekan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII/Ketua Umum PP Asosiasi Psikologi Islami-Himpsi)-a

Sumber : Kedaulatan Rakyat Online



Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Posted by PUMITA on 12:38 AM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Puasa dan Perubahan Perilaku"

Leave a reply