Manajemen Teman

Berbicara tentang teman, dalam islam, banyak hadist maupun ayat yang berkaitan dengan teman (orang yang terdekat dengan kita). Paling tidak, ada dua landasan dalam tulisan ini yang menjadi rujukan bagaimana kita harus melakukan manajemen terhadap teman di sekeliling kita.
1. Hadist : “Perumpamaan teman duduk yang sholeh dan teman duduk yang buruk ibarat penjual parfum dan peniup api/tukang besi. Adapun penjual minyak wangi maka; boleh jadi kamu akan diberi hadiah, kamu membeli minyak wangi tersebut atau kamu mencium darinya bau yang wangi. Adapun peniup besi/pandai besi; kalau dia tidak membakar pakaianmu maka kau akan mendapat bau yang tidak sedap darinya. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadist di atas pada dasarnya sangat mudah kita pahami, bahwa teman pasti (berapapun kadarnya) mempengaruhi tingkah laku, gerak gerik dan juga sikap kita dalam menghadapi hidup ini. Pernah dalam sebuah kutipan kata bijak, dituliskan: “Kita 20 tahun lagi adalah seorang manusia yang dibentuk
dari apa yang dia baca dan siapa yang dia ajak diskusi”. Kalimat ini sangat berkaitan dengan hadist di atas. Ketika kita terbiasa bergaul dengan para pembuat masalah, maka, bagaimana kita akan sangat tahu, bagaimana membuat masalah. Sebaliknya, berteman dengan pembuat kebaikan, maka kita tahu, bagaimana menjalankan dan berbuat kebaikan.
2. Q.S. Al-Ashr, “Demi Masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran.”
Sudah menjadi sifat dasar manusia, bahwa manusia adalah makhluk lemah yang sering sekali lalai dan juga lupa. Karena itu, wajar sekali jika dalam awal surat Al-Ashr dikatakan, bahwa kita pada dasarnya dalam kondisi merugi. Karena adanya ‘penyakit’ lupa ini, maka kita perlu mencari obat yang efektif dan efisien: teman yang selalu mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. “Sabarrrr ya Mas….”.
Membaca landasan pertama, apa iya kita berarti dilarang untuk berteman dengan teman yang berperangai tidak baik? Ternyata tidak begitu maksud dari hadist tersebut. Islam sebagai agama dakwah selalu mengajarkan kepada kita untuk menebarkan ajaran kebaikan dan keselamatan di dunia dan akhirat kepada orang-orang di sekitar kita. Walau begitu, ada syarat yang paling tidak, harus menjadi perhatian ketika sesorang siap untuk berteman dengan kawan belum masuk ke kategori ‘sehat’, yaitu, ada
pemahaman dan juga pengetahuan dasar tentang Islam serta menjalankannya dengan istiqomah. Dengan begitu, kita bisa memberikan warna kepada sahabat dan tetap memegang konsep : membaur, namun tidak melebur, sehingga diri kita bisa terjaga dari pengaruh yang kurang baik. Sebagai makhluk yang tahu akan kelemahan, maka sudah semestinya kita mencari teman-teman yang bisa membawa kita kepada jalan kebaikan. Tentu kita semua ingat dengan syair berikut:
“Obat hati ada lima perkaranya : Yang pertama baca Quran dan maknanya, yang kedua sholat malam dirikanlah, yang ketiga berkumpullah dengan orang sholeh, yang keempat perbanyaklah berpuasa yang kelima dzikir malam perpanjanglah, salah satunya siapa bisa menjalani, moga-moga Gusti Alloh mencukupi”
Semoga Allah meridhoi segala niat tulus kita menuju jalan-Nya, amin.
Wallahu a’lam bisshawab.
Oleh : Abdurrohman - Gyeongsan Korea
0 komentar for "Manajemen Teman"