Bijaksana

Pada umumnya dan pada hakekatnya semua manusia mempunya keinginan yang sama, manusia ingin berkuasa, manusia ingin dihormati, atau sekedar dihargai, tapi manusia lupa menempatkan diri dan harus tahu harus dimana menempatkan diri. Kata bijaksana disini berarti luas, tapi pada dasarnya kebijakan itu berhubungan dengan keadilan dan kesabaran yang dimiliki seseorang. Banyaknya keinginan manusia, dan banyaknya keinginan manusia yang tidak terwujud, disebabkan karena manusia terlalu angkuh dan tidak mempunyai kebijaksanaan, baik terhadap diri sendiri, orang lain ataupun terhadap lingkungan dan keadaan. Inilah yang perlu kita fahami. Apalagi keberadaan kita saat ini dalam perjuangan untuk memperbaiki nasib di luar negeri. Walaupun pada hakekatnya “ Setiap jengkal tanah dibumi ini adalah milik Allah “ yang artinya juga milik dan hak semua manusia termasuk kita. Tapi kenyataannya kita saat ini di negeri orang yang semuanya berbeda dengan cara kita, baik orangnya, budayanya, bahasanya dan semua yang ada disini lain dan juga banyak yang bertentangan dengan ajaran kita. Tinggal bagaimana kebijaksanaan kita menghadapi semua yang ada disini.

Mulailah berbijaksana terhadap diri sendiri. Bagaimana kita bisa bijaksana kalau kita tidak mengenal diri kita sendiri. Jadi kenalilah terlebih dahulu diri kita. Kita harusnya dapat mengukur kemampuan yang ada pada diri kita, sehingga kita tidak memberi beban yang berlebihan. Kita harus bisa menempatkan diri sesuai kemampuan yang kita miliki. Berilah kesempatan untuk diri kita bebuat amal kebaikan dijalan Allah dan janganlah kita selalu menekan diri kita untuk sebuah keinginan dan cita-cita yang tiada terbatas. Disini penulis tidak dapat menguraikan-menguraikan lebih lanjut dalam hal ini, karena hanya kita yang lebih tahu bagaimana harus berbuat bijak terhadap diri kita sendiri. Sekali lagi, coba kita kenali diri kita, sudah termasuk orang yang bijaksanakah kita terhadap diri kita sendiri?.

Didalam lingkungan kehidupan kita sehari-hari, bagaimanakah diri kita menghadapi orang lain. Sering kita dengar dan memang terjadi diantara kita dan teman-teman yang lain. Terjadi salah faham, rebut-ribut yang berujung bentrok dan perkelahian. Apa arti semua itu..?, apa manfaat dari semua itu, dan harus mempersalahkan siapa kalau sudah terjadi. Dan banyak lagi pertanyaan penyesalan lainnya. Mengapa dan mengapa harus terjadi. Dan yang sering terjadi bahkan bukan dengan orang lain. Memang, banyak sekali kesalahan yang bias terjadi antara orang-orang yang sudah saling dekat, semakin dekat semakin berpotensi konflik. Kenapa harus demikian? ada jalan keluarnya. Bukankah semua masalah selalu ada dan dapat diselesaikan? Apa karena disebabkan tidak adanya toleransi diri kita terhadap orang lain ataupun sebaliknya tidak adanya pengertian dan memang tidak mau saling mengerti, dan juga tingginya keangkuhan yang membuat kita seolah tidak membutuhkan orang lain dan seolah ingin hidup sendiri. Kita semua ini, di mata Allah sama, yaitu sebagai hambanya. Apabila kita mau menyadarinya, alangkah nikmat hidup ini. Tanpa beban, tanpa banyak yang harus dipikirkan dan kita hidup dalam kedamaian. Kebijaksanaan itu milik kita, dan bukan milik orang lain. Biarkanlah orang lain tidak bijaksana, yang penting kita sudah niat baik untuk selalu bijaksana terhadap orang lain.

Disini, yang benar-benar harus kita sadari dan kita pahami, atau setidaknya kita harus mengerti. Dimanapun kita berada, kita akan menemui banyak manusia dengan beragam sifat dan karakter, lain juga bahasa, budaya, adat dan hukumnya. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Kepala sama hitam tapi pikiran orang berbeda-beda. Ada sejumlah pepatah yang menggambarkan adanya keragaman dalam kehidupan yang harus kita pahami. Jangan berharap pendapat orang lain akan sama dengan kita, tapi bangunlah kesabaran untuk bisa menerima perbedaan. Allah Subhanahu Wata’ala Berfirman :

وَٱصۡبِرۡ نَفۡسَكَ مَعَ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ رَبَّہُم بِٱلۡغَدَوٰةِ وَٱلۡعَشِىِّ يُرِيدُونَ وَجۡهَهُ ۥ‌ۖ وَلَا تَعۡدُ عَيۡنَاكَ عَنۡہُمۡ تُرِيدُ زِينَةَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ وَلَا تُطِعۡ مَنۡ أَغۡفَلۡنَا قَلۡبَهُ ۥ عَن ذِكۡرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَٮٰهُ وَكَانَ أَمۡرُهُ ۥ فُرُطً۬ا
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al Kahfi : 28 )

Ingatlah selalu bahwa setiap orang punya kelebihan dan kekurangan, termasuk diri kita, bersikap lapangkah terhadap kelebihan dan kekurangan orang lain. Semua itu adalah pilihan bijaksana. Iklaskah dari semua yang telah kita lakukan dan kita kerjakan, karena keikhlasan akan membuat seseorang selalu ingat bahwa dalam kehidupan ini kita semata-mata beramal untuk menggapai keridlaan Allah Subhanahu Wata’ala.

Hendaknya kita bersama orang di sekitar kita senantiasa selalu mengingatkan ( bertausiyah ). Kita harus mencerminkan adanya komunikasi dan keterbukaan, saling mengoreksi diri, memberikan masukan. Dan yang diberi masukkan harus dapat menerima dengan lapang dada. Insya Allah dengan kebijakan hati seperti itu, kita akan terhindar dari masalah-masalah yang akan menghambat langkah kita untuk mencapai tujuan dan harapan hidup. Amiin..

Oleh : Nina Rifky
| Kolumnis Buletin Hidayah Pumita Busan
Red. PumitaBusan.COM



Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Posted by PUMITA on 5:06 AM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Bijaksana"

Leave a reply