Jilbabnya Menerpa Vihara
Kesunyian serta kedamaian suasana alami di perkampungan tanah kelahirannya dengan berat dia tinggalkan, kakinya terasa tak bisa bergerak, air matanya membanjiri pipi. Jelas nampak keaslian anak desa yang lugu. Keinginannya tak mau membebani orangtua selepas masa sekolahnya dan hidup mandiri setidaknya sedikit meringankan derita keluarga. Hatinya tak sanggup melihat adik-adiknya yang masih kecil dan harus menyelesaikan masa sekolah masing-masing.apalagi ditambah dengan makin melejitnya biaya tahun demi tahun. Tak terbayangkan jerih payah kedua orangtuanya terutama sang umi memegang peran penting di keluarga.
Ketegaran umi membuat hatinya tak mau kalah dia ingin meneladani keemasan hati sang umi. Di hati yang dalam ingin sekali membahagiakan orang yang sangat dia cintai. Langkahnya mengantarkan dia tuk berjuang di kota melawan arus tuk meraih yang dicarinya. Jatuh bangunpun terasa melelahkan diri akhirnya tak terpikir dia terlempar di perantauan nan jauh dari orang-orang yang dia sayangi. Bukan semanis bayangannya kerikil itu masih ada di depannya namun syukur pada Alloh dia masih di beri kekuatan serta kesabaran. Dia bertahan walaupun sakit hatinya setiap saat menghantui mesti disadari begitulah nasib ikut orang.
Kuluman senyum masih terlukis di bibirnya ada sesuatu istimewa yang dia rasakan. Sedikit meringankan beban keluarga ternyata mengobati sakit dihatinya masih lagi dia telah memanfaatkan hasil kerjanya membantu pembangunnan mushola di kampungnya. Terasa bagai air es menyiram di saat kehausan. Badaipun menhampirinya kembali dia mesti putus kontrak dengan majikannya karena sang bos tak sanggup membayarnya lagi tapi Alloh maha segalanya saat dia mencari majikan kebetulan temannya pulang. Lalu dia masuk di rumah sang bos menggantikan posisi temannya. Lagi-lagi hambatan datang masuk imigrasi ternyata berkas-berkas si bos baru tidak lengkap hingga dia terancam mesti go home. Di dalam sholat dia menangis berdo'a memohon semoga kemulusan jalan dilaluinya. Penantiannya tak sia-sia akhirnya dia bisa kerja di bos baru tapi uniknya di sini harus mengasah mental menghadapi berbagai tantangan. Si bos bukan superman tapi banyak tuntutan yang membuat kalang kabut belum lagi penyesuaian tempat masih tak teratasi. Kurus kering tubuhnya tak membuat dia menyerah gitu saja, orang di kiri dan kanannya dengan sengaja melemparkan batu di dirinya. Hatinya menjerit rasa tak sanggup menghadapi beban hidup pipinya basah dengan air mata setiap saat.
Bermacam problema datang menghampirinya, orang yang tak menyukai berusaha membuat agar dia tak betah ditempat kerjanya namun sebaliknya orang yang menyukai kerja dengan ramah penuh kasih sayang membuainya. Adu dombapun terjadi di tempat kerja dia yang cukup banyak orang dengan berbagai karakter masing-masing. Nasibnya makin hari makin memprihatinkan, sang bospun melarangnya mengerjakan kewajiban sholat lima waktu dan puasa baik wajib maupun sunah karena menganggu jam kerja. Tapi dengan cerdiknya dia mencuri-curi waktu hingga diketahui si bos maka marah dan caci makipun di dapatkannya. Karena hatinya kesal meluncurlah kata-kata yang membuat kaget majikannya dia memilih angkat kaki dari tempat kerja demi kewajibannya pada Alloh akhirnya majikan memilih damai dengannya. Belum selesai masalah saat holiday dia ketahuan memakai jilbab di depan bosnya maka pulang libur berakhir dengan kesedihan larangan memakai jilbab dan baju yang berwarna putih maupun hitam di tetapkan si bos lagi. Padahal putih adalah warna kebanggaannya selama ini duh keluhnya dihati. Walaupun si bos banyak peraturan dia memilih pura-pura masa bodoh dan selalu mengiyakan apa yang dikatakannya. Mengalah merupakan senjata yang bagus tuk melawan si bos. Tak disadari diam-diam dia memasukkan virus kasih sayang hingga membuat si bos tak bisa mengerti apa yang dia mau.
Perlahan-lahan dia berani mencari-cari waktu tuk sekedar ngobrol yang disertai sentuhan agamis sang bos menjadi penasaran. Tetes demi tetes maka pengertian tentang agama islam pun di serap sampai mengapa seorang wanita di haruskan menutup aurotnya si bospun angkat tangan dengan prilaku dia.kepercayaan penuh di berikan kepadanya bagaikan seorang nyonya di rumah majikan sendiri. Bospun tak takut memberi uang yang bermilyar-milyar di tangannya. Administrasi rumah diserahkan padanya tanpa ada rasa takut di hati. Bos mengerti sang pembantu tak takut pada dia, tapi amanat yang diberikannya dipertanggungjawabkan oleh si pembantu pada Alloh. Tak terpikir di sebuah wihara yang cukup megah itu hidup seorang budhis yang ternama dengan sang pembantu muslim yang memegang bendera islam dengan tawadlu. Pembantu itu telah menunjukkan pada semua orang bahwa agamanyapun perlu di hargai dan di junjung tinggi di wihara itulah dia menghembuskan nafas-nafas islami hingga mengalahkan sang budhis ternama. Kasih sayangnya pada semua orang disekitar telah meluluhkan batu-batu di hati para penganut budha itu. Senyumannya tersimpul di setiap waktu walaupun kadang tangan-tangan jahil ingin membunuhnya perlahan dia tetap tawakal serta berusaha pada Alloh. Layaknya seorang muslimah sejati dia tetap melakukan kewajiban sebagai hamba Alloh.dengan berbusana rapi serta tertutup aurotnya menghindarkan dia dari hal yang tak baik.
Jilbabnya yang bersih menimbulkan berbagai penafsiran apalagi hidupnya di sebuah wihara yang cukup megah dan ternama di kota itu. Banyak budhis unjuk rasa atas sikap sang majikannya (budhis) agar menindaklanjuti sang pembantu muslim. Maklum manusia selalu berubah-ubah sikapnya dengan tenang pembantu memberikan motifasi pada si majikan untuk mengambil putusan bahwa wihara takkan kotor dengan adanya si muslim di sini. Alloh akan memberikan jalan untuk setiap umatnya. Dengan dorongannya sang majikan tak gentar. Entah apa kata dunia di suatu wihara seorang budhis dan si muslim saling bantu membantu berjalan seiring tanpa mengotori rasa ingin mematikan satu sama lainnya. Niat si muslim yang baik merupakan amalan yang diridloi oleh Alloh dan di jadikan momentum dalam melangkahkan karirnya di masa depan. Saling mengisi dan menggali ilmu antara dia dan si budhis merupakan hal penting dengan mengambil hikmah dari semua kehidupan masing-masing. Budhispun salut dengan kepribadian muslim yang mengangkat tinggi agamanya. Di sini menjadikan cacatan sejarah bagi si budhis.betapa kekagumannya masih terlihat ketika melihat si pembantu mengulurkan jilbabnya hingga menerpa wihara tempat persembahyangannya. Hatinya tak rela melepaskan sang pembantu untuk meninggalkan dia selama-lamanya pulang ketanah kelahirannya. Di wajahnya yang menginjak usia tua dia menyembunyikan air matanya menatap terakhir pembantunya tercinta. Sang pembantupun tak sanggup menahan pergulatan hatinya tak bisa membohongi diri diapun menyayangi si bos yang nampak tua dan lelah hidup sendiri walaupun di sekitar banyak orang mecintainya rasa tak tega merayapi hatinya. Semoga hikmah ini bermanfaat pada kita semua. Amiiin.
Oleh, Nuryanti
| Penulis Buletin Hidayah Pumita Busan tahun 2006 - 2007
| Penulis Buletin Hidayah Pumita Busan tahun 2006 - 2007
Red. Pumitabusan.com
0 komentar for "Jilbabnya Menerpa Vihara"