Si Penggosip
Seorang wanita mengulang sepotong berita yang memalukan mengenai tetangganya. Dalam beberapa hari, seluruh desa mengetahui ceritanya dan orang yang diceritakannya itu merasa sakit hati dan terpukul. Kemudian si wanita yang menyebarluaskan berita buruk tersebut mengetahui bahwa berita itu betul-betul salah. Dia menyesal dan mendatangi seorang tua yang bijak untuk mencari tahu apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesalahannya itu. “ Pergilah ke pasar dan belilah seekor ayam lalu sembelilah. Kemudian dalam perjalanan pulang, cabuti bulunya dan buang satu persatu disepanjang jalan.” Kata orang tua bijak itu.
Meski kaget mendengarkan itu, si wanita melakukan apa yang disarankan kepadanya. Namun ia merasa masih belum bisa memperbaiki kesalahannya menyebarluaskan berita bohong itu pada seluruh penduduk desa. Keesokan harinya, ia kembali mengunjungi orang tua bijak itu dan menanyakan persoalannya kembali. Si orang bijak itu berkata, “Hmm, kalau begitu, sekarang pergilah dan kumpulkan semua bulu yang kau buang kemarin dan bawa kembali kepadaku.”
Si wanita itupun menyusuri jalan yang sama dan berusaha mengumpulkan bulu-bulu ayam yang telah dicabutinya kemarin. Namun, angin telah menerbangkan semua bulu-bulu itu kemana-mana sehingga mustahillah ia bisa mengumpulkannya semua. Setelah mencari-cari selama berjam-jam, ia kembali hanya bisa mengumpulkan sebanyak tiga potong bulu saja. Si wanita itu kembali menemui orang tua bijak. “Lihatlah sangat mudah mencabuti bulu ayam dan membuangnya. Namun sangat tidak mungkin mengambilnya kembali. Begitu pula dengan gosip dan berita bohong yang tidak sulit untuk menyebarluaskannya. Namun, sekali tersebar kita tidak akan pernah secara penuh memperbaiki kesalahan kita, kata si orang bijak itu.
Renungan:
Keburukan orang lain apalagi saudara seiman tak selayaknya kita sebar-sebarkan. Karena jika salah berarti kita telah berbuat fitnah, dan jikapun benar demikian, maka itu adalah ghibah. Kewajiban kita untuk menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Wallahu’alam.
“Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim.”
(QS. Al Hujuraat : 11)
Oleh, Taufan Sugiharto
| Penulis Buletin Hidayah Pumita Busan
Red. Pumitabusan.com
0 komentar for "Si Penggosip"