Tantangan dakwah di era informasi
oleh: Syakir, SMA Persis1 Bandung, FORISTIC Indonesia
Peradaban massa kini lazim disebut sebagai "Peradaban Masyarakat Informasi". Informasi menjadi suatu komoditi primer, bahkan sumber kekuasaan karena informasi dapat dijadikan alat untuk membentuk pendapat publik (public opinion) yang mempengaruhi dan mengendalikan pikiran, sikap, prilaku manusia.
Entah mengapa Islam kini semakin terpojokan di dalam berbagai hal. Kini agama yang kita cintai itu serasa di ujung tombak kehancuran.
Seperti kita ketahui dewasa ini orang-orang kafirlah yang berjaya dengan menguasai berbagai hal dan fasilitas sehigga mereka dapat menguasai dunia. Seperti contoh mereka kini sudah bisa menguasai link media yang utama, mencakup kantor- kantor berita terkemuka dunia (news agency). Surat kabar (press) dan jaringan TV/ Radio. Industri sinema dan program TV, Serta industri percetakan, penerbitan (publishing) , dan penyaluran (distribution). (Dr. Daud Rasyid , M.A., 1998 222-236)
Mereka sangat gencar dalam meyebarkan ajarannya dengan berbagai cara dan pendekatan yang menyebabkan orang-orang tertarik untuk masuk ke dalamnya.
Lebih dari itu, media massa barat dan agen-agennya gencar melakukan Ghazwul Fikri wa Ghazwuts Tsakofi yakni mensosialisasikan nilai-nilai pemikiran dan budaya mereka ke dalam Islam agar pola pikir dan gaya hidup umat islam cenderung lebih berkiblat ke barat dari pada ta'at pada aturan Islam. Tak heran jika isme-isme seperti matrealistisme, sekularisme, dan hedonisme mewabah dikalangan masyarakat islam, diiringi terjadinya pemujaan terhadap segala hal berbau/datang dari barat berkat kekuatan promosi dan setting media informasi mereka.
Jika kita lihat dari satu sisi permasalahan di atas, dapat kita tangkap bahwa Islam menjadi terpuruk dikarenakan pemkiran umatnya sendiri yang cenderung berfikiran sempit dalam meyebarkan agamanya sendiri.
Tanpa bermaksud menafikan, Dakwah lewat podium yang muncul dalam bentuk khotbah atau ceramah masih dominan hinga kini, walaupun sebetulnya masih banyak cara lain yang bisa juga dilakukan seperti dialog, diskusi, yang penyebarannya bisa memanfaatkan media elektronik(TV/ Radio), belakangan dakwah juga dilakukan lewat Koran , bulletin, majalah, dan buku. Bahkan melalui media alternatif semisal internet dan media seluler.
Kita harus bisa merubah pola pikir kita yang dirasa masih terlalu sempit terutama dalam berdakwah/ menyebarkan ajaran islam, kita jangan sampai tertinggal oleh umat-umat lain, terlebih di peradaban massa kini yang lazim di sebut sebagai " peradaban masyarakat informasi "
Apakah yang dimaksud dengan dakwah? Bagaimana hukum berdakwah? Bagaimana pula Kaifiat/tata cara dalam berdakwah?
Makna dan Kaifiat Dakwah
Dakwah (da'a-yad'u-da'watan) artinya serua, ajakan, atau paggilan, yakni menyampaikan seruan islam, mengajak dan memanggil umat manusia agar menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup islam(Q.S An-Nahl:125) .
Dakwah dapat pula diartikan sebagai upaya terus menerus untuk melakukan perubahan pada diri manusia menyangkut fikiran (fikrah), perasaan(sya' ur), dan tingkah laku(suluk) yang membawa mereka kepada jalan Allah(islam) , sehingga terbentuk masyarakat islami.
Islam adalah agama dakwah. Islam harus di sebarkan kepada seluruh umat mausia. Dengan demikian umat islam bukan saja berkewaiban melaksanakan ajaran islam dalam kehidupan kesehariannya, melaikan juga harus menyampaikan (tabligh) atau mendakwahkan kebenaran ajaran islam terhadap orang lain.
"Kalian (umat islam) adalah umat yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, dan beriman kepada Allah(Q.S 3:110)"
"Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan tuhanmu dengan hikmah, nasehat yang baik, dan berdebatlah dengan mereka secara baik-baik(Q. S An-Nahl:125)
Setiap muslim adalah da'i (juru dakwah). Menjadi seorang muslim berarti otomatis menjadi juru dakwah, kapan dan di mana saja , di segala bidang dan ruang. " Kedudukan kuadrat" yang diberikan islam kepada pemelukanya ialah menjadi seorang muslim merangkap menjadi juru dakwah atau mubaligh. (KH M. Isa Anshary, 1984:21)
Tentang tata cara atau Kaifiat berdakwah, Allah SWT dan Nabi SAW memberikan tuntunan (kaifiah dakwah), sebagaimana dinyatakan dalam Qur'an surat An-nahl 125 di atas.
Menurut Syaikh Muhammad Abduh, ayat tersebut menunjukan bahwa dalam garis besarya, ummat yang di hadapi seorang da'i dapat di bagi atas tiga golongan yag masing-masing dengan cara yang berbeda - beda sesuai hadits "Berbicarah kepada manusia sesuai dengan kadar (takaran kemampuan) akal mereka." (H.R Muslim)
- Ada golongan cerdik-cendikiawan cinta kebenaran, berfikir kritis, dan cepat
tanggap. Mereka ini harus di hadapi dengan hikmah , yakni denan alasan
?alasan,
dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka.
- Ada golongan awam orang kebanyakan yang belum dapat berfikiran kruitis dan
mendalam belum dapat menangkap pengertian tinggi-tinggi mereka itu di
panggil dengan mau'idzthul hasanah, dengan ajaran dan didikan yang baik, dengan
ajaran-ajaran yang mudah di pahami
- Ada golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut, mereka di panggil mujadalah billati hiya ahsan, yaitu dengan bertukar fikiran guna mendorong supaya mereka berfikir secara sehat (M. Natsir, 1987 ?162)
Maka dari pada itu ketika kita akan berdakwah, kita harus bisa menyesuaikan dengan keadaan atau kondisi orang yang akan kita dakwahi, sehingga upaya yang kita lakukan untuk mengajak seseorang atau mansyarakat ke jalan yang benar dapat menuai hasil. Buka mata kita, berfikir jauh kedepan, perjuangan masih panjang, lakukan apa yang kita bisa demi kemajuan islam agar islam bisa kembali berjaya seperti dulu... Allahuakbar!!
(Sumber: jurnalistik dakwah, Asep syamsul M. Romli) .
0 komentar for "Tantangan dakwah di era informasi"