Iman dan Akal
Oleh Rusnaldy " Setetes Embun di Negeri Kimchi "
Sebagai seorang muslim sering kita ditanya mengapa kita tidak diperbolehkan makan babi. Sudah banyak yang membahas tentang efek buruk dari daging binatang yang satu ini, baik dari sisi kesehatan dan juga dari segi perilaku manusianya.
Dari sisi kesehatan terungkap bahwa babi adalah hewan yang hidupnya paling jorok. Tak jarang ia memakan kembali kotorannya sendiri. Juga terungkap bahwa babi merupakan inang dari berbagai parasit dan penyakit berbahaya.
Dari sisi perilaku manusia yang mengkonsumsi babi ada istilah „You are what you eat“. Artinya kurang lebih adalah kamu seperti makanan (binatang) yang kamu makan. Perilaku babi yang tidak memiliki kecemburuan manakala pasangannya dicumbu oleh babi yang lain disinyalir juga menular pada manusia.
Tetapi manakala alasan-alasan tersebut dikemukakan kepada orang Korea, bisa dipastikan mereka akan tertawa, karena dilihat dari fakta yang ada orang-orang Korea tetap sehat dan malah rata-rata usia mereka lebih panjang walaupun mengkonsumsi babi hampir setiap hari bila dibandingkan dengan orang Indonesia yang mayoritas muslim dan tidak memakan babi. Kita lihat pula orang tua di Korea lebih sehat dan segar dibanding orang tua di Indonesia.
Apakah dengan kenyataan tersebut lantas membuat babi menjadi halal untk dimakan? Manusia dengan teknologi modernnya bisa membuat peternakan babi yang bersih dan higenis, sehingga tidak akan lagi dijumpai pola hidup babi yang kotor dan dapat pula diupayakan agar sang babi tidak dapat memakan kembali kotoran yang telah dikeluarkan dari dalam tubuhnya. Kemajuan teknologi pengolahan pangan dapat membuat daging babi menjadi bersih dari berbagai macam parasit dan penyakit yang berbahaya. Seandainya, sekali lagi seandainya jika dari suatu hasil penelitian, lemak babi dapat menyembuhkan penyakit flu burung atau aids atau kanker payudara, apakah lantas lemak babi menjadi halal untuk dikonsumsi? Sampai dunia kiamat tetap semua makanan yang bersumber dari babi haram hukumnya untuk dimakan.
Lantas jawaban apakah yang harus kita berikan seandainya orang Korea menanyakan tentang pelarangan makan babi? Jawabannya adalah karena tertulis di dalam Al Qur’an bahwa kita dilarang memakan babi. Inilah yang membedakan antara manusia yang berTuhan kepada Allah dengan manusia yang tidak berTuhan kepada Allah. Sebagai Tuhan, Allah punya kemauan dan aturan sendiri dan sebagai makhluk ciptaan Allah kita diwajibkan mengikuti apa yang Allah mau dan kehendaki. Disinilah kita lebih mengedepankan iman dibandingkan akal. Akal manusia terbatas. Mungkin saat ini kita belum sepenuhnya mengerti mengapa babi diharamkan untuk dimakan. Pada saat akal kita belum sepenuhnya mengerti akan jawaban pelarangan memakan babi tersebut maka iman kitalah yang harus dikedepankan. Mungkin alasan-alasan medis seperti yang dikemukakan di atas cocok pada 25 tahun yang lalu dimana ilmu pengetahuan belum semaju saat ini. Jadi itulah hikmah yang bisa ditarik oleh manusia-manusia pada 25 tahun yang lalu. Hikmah apa yang tersembunyi untuk saat ini? Wallahualam. Mari kita sama-sama mencari tahu jawabannya.
Apakah dengan demikian akal menjadi kurang berguna dalam memahami agama Islam? Tentu saja tidak. Sebagaimana kita sama-sama tahu bahwa Al Qur’an adalah sumber dari segala macam sumber ilmu yang ada di dunia ini. Dalam beragama (agama islam) kita memang diharuskan menggunakan akal tetapi tetap harus mengedepankan iman Pada saat akal kita belum mencapai apa yg tersembunyi dibalik hikmah-hikmah tersebut maka imanlah yg kita kedepankan.. Makanya kita disuruh untuk belajar dan mengkaji Al Qur’an dan subhanallah banyak fenomena ilmu pengetahuan (yg sayangnya ditemukan oleh orang-orang Barat) yg sesuai dgn apa yg tersirat dalam Qur'an. Ini salah satu bukti bahwa Qur'an itu bukan karangan Muhammad seperti yg dituduhkan oleh kaum orientalis. Apa mungkin orang yg buta huruf dan gak pernah keluar dari Arab bisa mengarang sebuah buku yg penuh dgn ilmu pengetahuan?
Untuk kasus-kasus tertentu, seperti pengharaman babi ini, imanlah yg harus dikedepankan, bukan akal, karena contoh-contoh alasan dengan menggunakan akal manusia tidak sepenuhnya bisa dijadikan alasan kenapa babi itu diharamkan, alasan medis yg seperti dikemukakan di atas tidak bisa dijadikan alasan utama mengapa babi diharamkan. Iman kepada Allahlah yang membuat kita tidak secuilpun memakan makanan yang mengandung babi. Demikian pula halnya dengan haramnya meminum minuman keras dan berzinah. Apapun alasan yang pernah dikemukakan tentang pelarangan ini bukanlah alasan utama yang menyebabkan kita dilarang untuk melakukannya. Alasan utamanya adalah karena didalam Qur’an tertulis pelarangan minum alkohol dan berzinah. Jadi iman kepada Allah lah yang membuat kita patuh akan larangan tersebut.
Jadi teringat salah satu lirik lagunya bang haji oma, „kenapa yang enak-enak itu diharamkan?“. Mari kita sama-sama mencari tahu jawabannya sambil tetap mengedepankan iman kita kepada Qur’an karena hukumnya memang mengatakan demikian.
Ada satu contoh kecil, mengapa orang kerja diharuskan datang pagi dan pulang sore hari dan dilarang untuk datang telat? Siapa yang membuat aturan ini? Bos atau perusahaan. Kenapa aturan yg cuma sepele ini aja banyak orang taat melakukannya tanpa banyak tanya? Sebagai karyawan yg baik tentu saja kita harus patuh terhadap aturan perusahaan. Jika tidak gaji kita tidak akan naik atau tidak naik pangkat atau tidak dapat bonus. Aturan sepele yg dibuat oleh manusia seperti ini aja kita patuh sekali. Tetapi mengapa aturan yang dibuat oleh Allah susah sekali untuk dipatuhi dan banyak sekali pertanyaan yang diajukan agar patuh. Mungkin karena dosa tidak bejendol kali ya. Seandainya saja dosa itu bejendol, seperti apa wajah dan tubuhnya wanita-wanita cantik penghuni lokalisasi dan tidak terhitung jumlah jendolan yang ada pada orang-orang yang suka minum soju hehehehe.
***Keterangan ; Setetes Embun di Negeri Kimchi adalah sebuah buku kumpulan essay karangan Bapak Rusnaldy,yang diterbitkan oleh Pumita tahun 2007 lalu.Buku yang ditulis bapak Rusnaldy ditengah-tengah kesibukan study di Korea dan sebagai pembina Pumita ini masih tersedia di koperasi Pumita Busan dengan harga 6.000 Won.
Dari sisi kesehatan terungkap bahwa babi adalah hewan yang hidupnya paling jorok. Tak jarang ia memakan kembali kotorannya sendiri. Juga terungkap bahwa babi merupakan inang dari berbagai parasit dan penyakit berbahaya.
Dari sisi perilaku manusia yang mengkonsumsi babi ada istilah „You are what you eat“. Artinya kurang lebih adalah kamu seperti makanan (binatang) yang kamu makan. Perilaku babi yang tidak memiliki kecemburuan manakala pasangannya dicumbu oleh babi yang lain disinyalir juga menular pada manusia.
Tetapi manakala alasan-alasan tersebut dikemukakan kepada orang Korea, bisa dipastikan mereka akan tertawa, karena dilihat dari fakta yang ada orang-orang Korea tetap sehat dan malah rata-rata usia mereka lebih panjang walaupun mengkonsumsi babi hampir setiap hari bila dibandingkan dengan orang Indonesia yang mayoritas muslim dan tidak memakan babi. Kita lihat pula orang tua di Korea lebih sehat dan segar dibanding orang tua di Indonesia.
Apakah dengan kenyataan tersebut lantas membuat babi menjadi halal untk dimakan? Manusia dengan teknologi modernnya bisa membuat peternakan babi yang bersih dan higenis, sehingga tidak akan lagi dijumpai pola hidup babi yang kotor dan dapat pula diupayakan agar sang babi tidak dapat memakan kembali kotoran yang telah dikeluarkan dari dalam tubuhnya. Kemajuan teknologi pengolahan pangan dapat membuat daging babi menjadi bersih dari berbagai macam parasit dan penyakit yang berbahaya. Seandainya, sekali lagi seandainya jika dari suatu hasil penelitian, lemak babi dapat menyembuhkan penyakit flu burung atau aids atau kanker payudara, apakah lantas lemak babi menjadi halal untuk dikonsumsi? Sampai dunia kiamat tetap semua makanan yang bersumber dari babi haram hukumnya untuk dimakan.
Lantas jawaban apakah yang harus kita berikan seandainya orang Korea menanyakan tentang pelarangan makan babi? Jawabannya adalah karena tertulis di dalam Al Qur’an bahwa kita dilarang memakan babi. Inilah yang membedakan antara manusia yang berTuhan kepada Allah dengan manusia yang tidak berTuhan kepada Allah. Sebagai Tuhan, Allah punya kemauan dan aturan sendiri dan sebagai makhluk ciptaan Allah kita diwajibkan mengikuti apa yang Allah mau dan kehendaki. Disinilah kita lebih mengedepankan iman dibandingkan akal. Akal manusia terbatas. Mungkin saat ini kita belum sepenuhnya mengerti mengapa babi diharamkan untuk dimakan. Pada saat akal kita belum sepenuhnya mengerti akan jawaban pelarangan memakan babi tersebut maka iman kitalah yang harus dikedepankan. Mungkin alasan-alasan medis seperti yang dikemukakan di atas cocok pada 25 tahun yang lalu dimana ilmu pengetahuan belum semaju saat ini. Jadi itulah hikmah yang bisa ditarik oleh manusia-manusia pada 25 tahun yang lalu. Hikmah apa yang tersembunyi untuk saat ini? Wallahualam. Mari kita sama-sama mencari tahu jawabannya.
Apakah dengan demikian akal menjadi kurang berguna dalam memahami agama Islam? Tentu saja tidak. Sebagaimana kita sama-sama tahu bahwa Al Qur’an adalah sumber dari segala macam sumber ilmu yang ada di dunia ini. Dalam beragama (agama islam) kita memang diharuskan menggunakan akal tetapi tetap harus mengedepankan iman Pada saat akal kita belum mencapai apa yg tersembunyi dibalik hikmah-hikmah tersebut maka imanlah yg kita kedepankan.. Makanya kita disuruh untuk belajar dan mengkaji Al Qur’an dan subhanallah banyak fenomena ilmu pengetahuan (yg sayangnya ditemukan oleh orang-orang Barat) yg sesuai dgn apa yg tersirat dalam Qur'an. Ini salah satu bukti bahwa Qur'an itu bukan karangan Muhammad seperti yg dituduhkan oleh kaum orientalis. Apa mungkin orang yg buta huruf dan gak pernah keluar dari Arab bisa mengarang sebuah buku yg penuh dgn ilmu pengetahuan?
Untuk kasus-kasus tertentu, seperti pengharaman babi ini, imanlah yg harus dikedepankan, bukan akal, karena contoh-contoh alasan dengan menggunakan akal manusia tidak sepenuhnya bisa dijadikan alasan kenapa babi itu diharamkan, alasan medis yg seperti dikemukakan di atas tidak bisa dijadikan alasan utama mengapa babi diharamkan. Iman kepada Allahlah yang membuat kita tidak secuilpun memakan makanan yang mengandung babi. Demikian pula halnya dengan haramnya meminum minuman keras dan berzinah. Apapun alasan yang pernah dikemukakan tentang pelarangan ini bukanlah alasan utama yang menyebabkan kita dilarang untuk melakukannya. Alasan utamanya adalah karena didalam Qur’an tertulis pelarangan minum alkohol dan berzinah. Jadi iman kepada Allah lah yang membuat kita patuh akan larangan tersebut.
Jadi teringat salah satu lirik lagunya bang haji oma, „kenapa yang enak-enak itu diharamkan?“. Mari kita sama-sama mencari tahu jawabannya sambil tetap mengedepankan iman kita kepada Qur’an karena hukumnya memang mengatakan demikian.
Ada satu contoh kecil, mengapa orang kerja diharuskan datang pagi dan pulang sore hari dan dilarang untuk datang telat? Siapa yang membuat aturan ini? Bos atau perusahaan. Kenapa aturan yg cuma sepele ini aja banyak orang taat melakukannya tanpa banyak tanya? Sebagai karyawan yg baik tentu saja kita harus patuh terhadap aturan perusahaan. Jika tidak gaji kita tidak akan naik atau tidak naik pangkat atau tidak dapat bonus. Aturan sepele yg dibuat oleh manusia seperti ini aja kita patuh sekali. Tetapi mengapa aturan yang dibuat oleh Allah susah sekali untuk dipatuhi dan banyak sekali pertanyaan yang diajukan agar patuh. Mungkin karena dosa tidak bejendol kali ya. Seandainya saja dosa itu bejendol, seperti apa wajah dan tubuhnya wanita-wanita cantik penghuni lokalisasi dan tidak terhitung jumlah jendolan yang ada pada orang-orang yang suka minum soju hehehehe.
***Keterangan ; Setetes Embun di Negeri Kimchi adalah sebuah buku kumpulan essay karangan Bapak Rusnaldy,yang diterbitkan oleh Pumita tahun 2007 lalu.Buku yang ditulis bapak Rusnaldy ditengah-tengah kesibukan study di Korea dan sebagai pembina Pumita ini masih tersedia di koperasi Pumita Busan dengan harga 6.000 Won.
alhamdulilah...dengan catatan ini kita lebih tahu tentang haramnya daging babi.sukron ahki..