Menjaga Hak Sesama

Rasulallah kala itu duduk di atas mimbar masjid dan berkata “wahai kaum muslimin! Kupanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang tiada tuhan selain dia, brang siapa di antara kalian ada yang kupukuli punggungnya, inilah punggungku sekarang, aku siap menerima balasan barang siapa yang pernah kucemarkan kehormatanya, sekarang ini aku bersedia di cemarkan kehormatanku sebagai balasan…….! Dendam kusumat bukanlah tamatku,dan tidak terdapat pada diriku,aku sangat menghargai orang yang mengambil haknya dariku, kalau ia mempunyai hak atas sesuatu padaku pasti akan kuberikan agar aku merasa lega saat bertemu dengan sang khalik”.

Mari kita resapi kisah ini, sedangkan di massa sekarang ini banyak orang merasa aman aman saja meski memiliki tanggungan hak sesama yang belum tertunaikan tidak ada rasa khawatir bahkan selalu mengulur perlunasan kewajiban, Ingin kaya maka korupsi uang, orang kalau di katakana tentang korupsinya itu tanpa malu ia mempertahankan mati matian dengan berbagai dalih, untuk mendapatkan jabatan maka di lakukan suapan walau miliaran, bila ada yang bmenggulingkan maka nyawa taruhannya, “astaghfirullah?” tapi kalau untuk mendapatkan ilmu tentang islam jarang ada yang berani bayar mahal. Untuk itu mari kita hayati hari akhir,maka kita tidak akan berani melakukan kejahatan kalaupun terlanjur segera bertaubat.

Rasulallah sudah banyak memberi contoh, betapa beliau sangat berhati hati terhadap hak sesama, siapkan waktu khusus untuk memanggil jama’ah untuk mengambil haknya dan beliau sangat senang bila ada yang mengambil haknya, beliau tak ingin membawa masalah yang belum selesai saat mengahadap Allah SWT, dan begitu juga tetang apapun posisi kita di dunia, pasti akan d tanyai pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT,sejauh mana kita telah tunaikan hak sesama bahkan rakyat jelata pun tak lepas dari pertanggung jawaban ini.seorang ayah akan di tanyai dalam pimpinan keluarganya, seorang ibu di tanyai bagainya dia membimbing anak anaknya, juga pejabat tinggi dia akan bertanggung jawab pada seluruh bawahan serta apa yang dia pimpin, untuk itu kita tidak boleh sombong karna pangkat kita lebih tinggi,kita meski ingat bahwa semakin tinggi jabatan semakin banyak kewajiban dan hak sesama yang harus di tunaikan, semakin banyak kewajiban semakin besar pula pertanggung jawaban di akherat.

Rasulallah bersabda “setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan d tanyai apa yang dipimpin (pertanggung jawaban) bukan karunia tapi musibah.” Kita resapi kisah umar abdul azis saat di percaya menjadi khalifah, beliau tidak bersorak tapi justru bersungkur ke tanah sambil menangis tak henti henti. Beliau sedih karena tidak mampu membayangkan bagaimana menunaikan hak hak rakyatnya dan mempertanggung jawabkan di akherat nanti, beliau memandang jabatan bukan karunia tapi musibah karena saat beliau memimpin tidak semakin kaya tapi malah semakin miskin itulah umar abdula azis.

Dari konteks ini sungguh menggelikan, jika suatu jabatan di terima dengan pesta, jabatan di perebutkan untuk memperkaya diri seolah makin tinggi jabatanya makin tinggi karunianya,dia di angkat jadi bupati melompat kegirangan, berebut mengucap selamat dan syukuran dengan pesta padahal bukan tak boleh bersyukur tapi harus ingat setiap jabatan adalah “Amanah” yang haus kita tunaikan bila kita mampu menjalankan kewabijan kewajiba, menunaikan hak sesama maka jabatan itu insya allah sebagai karunia yang membawa ridho Allah SWT, tapi kalau tidak mampu bahkan menyalah gunakan aji mumpung, maka siaplah laknat Allah SWT akan dating menimpa, untuk itu mari kita intropeksi diri sudahkah kita menjaga hak sesama, kita mulai mereformasi diri kita sendiri dan kita tegakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.

Red. PumitaBusan.COM



Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Posted by PUMITA on 11:53 PM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Menjaga Hak Sesama"

Leave a reply