Beberapa Keutamaan ayat dalam Al Qur'an

  • Surat Al Faatihah
Dari Abi Said Rafi' bin Al Mu'alla ra. berkata: Rasulullah saw. berkata kepadaku, "Mahukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al Qur'an, sebelum kamu keluar dari masjid?" Lalu beliau memegang tanganku, dan ketika kami hendak keluar aku bertanya, " Ya Rasulullah, engkau berkata bahwa engkau akan mengajarkanku surat yang palin agung dalam Al Qur'an?" beliau menjawab, "Alhamdulillahirabbil'alamiin (Al Faatihah), ia adalah tujuh ayat yang dibaca pada setiap shalat, ia adalah Al Qur'an yang agung yang diberikan kepadaku." (Diriwayatkan oleh Bukhari)

  • Surat Al Faatihah dan beberapa ayat terakhir surat Al Baqarah
Dari Ibnu Abbas ra. berkata: Ketika Jibril a.s. sedang duduk di sisi Nabi saw. baginda mendengar suara dari atas, lalu beliau mendongakkan kepala dan bersabda, "Ini adalah pintu langit yang dibuka pada hari ini dan yang dibuka pada hari ini dan tidak pernah dibuka kecuali hari ini." Lalu turun malaikat dari pintu tersebut, kemudian beliau bersabda, "Ini adalah malaikat yang turun ke bumi dan dia tidak pernah turun kecuali hari ini." Lalu dia (malaikat) memberi salam seraya berkata, "Aku membawa berita gembira dengan dua cahaya yang diturunkan kepada engkau dan tidak pernah diberikan kepada nabi sebelummu, yaitu: Surat Al Faatihah dan beberapa ayat terakhir Surat Al Baqarah, tidaklah kamu membaca satu huruf daripadanya kecuali kamu medapat karunia." (Diriwayatkan oleh Muslim)

  • Surat Al Baqarah
Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kau jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan, sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al Baqarah." (Diriwayatkan oleh Muslim)

  • Ayat Kursi
Dari Ubai bin Ka'ab ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Wahai Abu Munzir, tahukah engkau ayat manakah dalam Al Qur'an yang paling agung menurutmu?" Aku menjawab, "Allahu laailaaha illa huwalhayyul qoyyuum (ayat kursi)", Lalu beliau menepuk dadaku dan bersabda, "Semoga Allah memudahkan ilmu bagimu wahai Abu Munzir." (Diriwayatkan oleh Muslim)
  • Dua ayat terakhir surat Al Baqarah
Dari Abi Mas'ud Al Badri ra. dari Rasulullah saw. beliau bersabda, "Barangsiapa membaca dua ayat terakhir surat Al Baqarah pada waktu malam niscaya ia akan mencukupinya." (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
  • Al Baqarah dan Ali 'Imran
Dari Abi Umamah Al Bahili berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Bacalah Al Qur'an karena di hari kiamat kelak ia akan memberikan syafaat bagi pembacanya, bacalah zahrawaen, yaitu: surat Al Baqarah dan surat Ali 'Imran. Sesungguhnya pada hari kiamat nanti keduanya akan datang bagaikan dua awan atau dua kawanan burung yang berbaris yang siap membantu orang-orang yang pernah membacanya. Dan bacalah surah Al Baqarah kerana membacanya adalah suatu barakah dan meninggalkannya adalah suatu kerugian. Dan tukang sihir tak akan sanggup menghasilkannya." (Diriwayatkan oleh Muslim)
  • Sepuluh ayat dari surat Al Kahfi
Dari Abi Darda' ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al Kahfi, maka akan terjaga dari dajal." Dalam riwayat yang lain: "...sepuluh ayat terakhir..." (Diriwayatkan oleh Muslim)
  • Membaca surat Al Kahfi pada hari Jum'at
Dari Abi Said Al Khudri ra. berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jum'at akan diterangi cahaya antara dua Jum'at." (Diriwayatkan oleh Hakim dan Baihaqi, Hadis di atas sahih)

  • Surat Tabaarak (Al Mulk)
Dari Abu Huroiroh, Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Ada surat dari Alqur’an yang terdiri dari 30 ayat, Surat tersebut dapat memberikan syafa’at bagi ‘temannya’ (yakni orang yang banyak membacanya) sehingga orang tersebut diampuni dosanya, yaitu: Surat Tabarokalladi bi yadihil mulk“. (HR. Abu Dawud dg redaksinya, diriwayatkan pula oleh at-Tirmidzi dan yang lainnya. Hadits ini di-shohih-kan oleh Ibnu Hibban, al-Hakim, dan adz-Dzahabi, sedangkan at-Tirmidzy menghasankannya)

Anas bin Malik mengatakan, Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam bersabda: “Ada surat dari Alqur’an, ia hanya terdiri dari 30 ayat, Surat tersebut dapat membela ‘temannya’ sehingga memasukkannya ke surga, yaitu: Surat Tabarok“. (HR. Thobaroni dalam Mu’jamul Ausath)

Abdulloh bin Mas’ud mengatakan: “Barangsiapa membaca surat Tabarokalladi bi yadihil mulk setiap malam, maka Alloh azza wajall menghindarkannya dari adzab kubur, dan dahulu kami (para sahabat) di saat Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- (masih hidup) menamainya “al-Mani’ah” (penghindar/penghalang). Sungguh surat tersebut ada dalam Kitabulloh, barangsiapa membacanya dalam suatu malam, maka ia telah banyak berbuat kebaikan” (HR. Nasa’i dengan redaksinya, diriwayatkan pula oleh al-Hakim dan ia mengatakan: sanadnya shohih,)

Dari Jabir, sesungguhnya Nabi -shollallohu alaihi wasalam- tidak pernah tidur (malam) sehingga ia membaca surat Alif lam mim tanzil (biasa disebut Surat as-Sajdah) dan surat Tabarokalladi bi yadihil mulk (biasa disebut surat al-Mulk). (HR. Ahmad, at-Tirmidzi dan yang lainnya,)

Dari Waatsilah ibnul Asqo’, sesungguhnya Nabi -shollallohu alaihi wasallam- bersabda: “Aku telah dikaruniai Assab’u yang sebanding dengan kitab Taurat, aku juga diberi Alma’in yang sebanding dengan kitab Zabur, aku juga diberi Almatsani yang sebanding dengan kitab Injil, dan aku dikaruniai kelebihan dengan Almufash-shol” (HR. Ahmad, dan Al-Arnauth).Dari Ibnu Mas'ud ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Surat Tabarak (Al Mulk) adalah penjaga dari azab kubur." (Diriwayatkan oleh Hakim dan Abu Na'im, Hadis di atas sahih)
  • Surat At-Takwiir, Al Infithaar dan Al Insyiqaaq
Dari Ibnu Umar ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa yang suka untuk melihat aku di hari kiamat dengan sebenar-benar penglihatan, maka bacalah surat At-Takwiir, Al Infithaar dan Al insyiqaq." (Diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmizi dan Hakim).
  • Surat Al Ikhlash
Dari Abi Said Al Khudri ra. bahawa Rasulullah saw. bersabda tentang Qul Huwallahu ahad; "Demi Allah --Yang diriku berada di dalam genggaman-Nya--, sesungguhnya ia (Al Ikhlash) menyamai sepertiga Al Qur'an." Pada riwayat lain Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya, "Adakah di antara kamu yang tidak sanggup membaca sepertiga Al Qur'an dalam satu malam?" Hal ini memang berat bagi mereka, lalu mereka bertanya, "Siapakah di antara kami yang mampu ya... Rasulullah?" Beliau bersabda, "Qul Huwallahu ahad Allahush-Shamad, adalah sepertiga Al Qur'an." (Diriwayatkan oleh Bukhari)
  • Membaca sepuluh kali surat Al Ikhlash
Dari Mu'az bin Anas ra. Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa membaca Qul huwallahu ahad sebanyak sepuluh kali niscaya Allah akan membangun rumah baginya di surga." (Diriwayatkan oleh Ahmad)
  • Surat Al Falaq dan An-Naas
Dari 'Uqbah bin 'Amir ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, " Adakah kau lihat ayat-ayat yang diturunkan pada malam ini dan selainnya tidak dapat dilihat sepertinya?, dialah: Qul a'udzu birabbil falaq' dan 'Qul a'udzu birabbin-naas." (Diriwayatkan oleh Muslim)
  • Surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas
Dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. apabila akan berangkat tidur tiap-tiap malam beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya kemudian meniupkannya seraya membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas. Kemudian beliau mengusapkannya ke seluruh tubuhnya (sebatas yang bisa) dimulai dari kepala lalu muka kemudian bagian depan dari badan. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)
  • Membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas ketika sakit.
Abdullah bin Yusuf bercerita kepada kami, Malik bercerita kepada kami dari Ibnu Syihab, dari 'Urwah, dari 'Aisyah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bila merasa sakit beliau membaca sendiri 'Al Mu'awwizaat'(Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas) kemudian meniupkannya. Dan apabila rasa sakitnya bertambah aku yang membacanya kemudian aku usapkan ke tangannya mengharap keberkahan darinya. (Diriwayatkan oleh Bukhari)

KEUTAMAAN SURAT AL MU'AWWIZAATAIN

( Surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas )

Dari 'Uqbah bin 'Amir ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, Adakah kau lihat ayat-ayat yang diturunkan pada malam ini dan selainnya tidak dapat dilihat sepertinya?, dialah: Qul a'udzu birabbil falaq' dan 'Qul a'udzu birabbin-naas." (Diriwayatkan oleh Muslim)

Dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw. apabila akan berangkat tidur tiap-tiap malam beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya kemudian meniupkannya seraya membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An-Naas. Kemudian beliau mengusapkannya ke seluruh tubuhnya (sebatas yang bisa) dimulai dari kepala lalu muka kemudian bagian depan dari badan. Beliau melakukannya sebanyak tiga kali. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)


Asbabun Nuzul

Surat Al-FALAQ Dan AN-NAAS :

Imam Baihaqi di dalam kitab Dalaailun Nubuwwah-nya mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Al Kalbi yang diterimanya dari Abu Saleh, Abu Saleh menerimanya dari Ibnu Abbas r.a. Ibnu Abbas r.a. menceritakan, bahwa Rasulullah saw. mengalami sakit keras, lalu dua malaikat datang menemuinya. Salah seorang duduk di sebelah kepalanya sedangkan yang lainnya di sebelah kakinya. Malaikat yang berada di sebelah kedua kakinya berkata kepada malaikat yang berada di sebelah kepalanya: "Apakah yang kamu lihat?" Malaikat yang berada di sebelah kepalanya menjawab: "Thabb". Malaikat yang berada di sebelah kakinya bertanya: "Apakah Thabb itu?" Ia menjawab: "Sihir". Malaikat yang ada di sebelah kakinya bertanya: "Siapakah yang menyihirnya?" Ia menjawab: "Lubaid Al A'sham orang Yahudi". Malaikat yang berada di sebelah kakinya bertanya: "Di manakah sihir itu disimpan?" Malaikat yang ada di sebelah kepalanya menjawab: "Di dalam sumur keluarga si Polan, ia terletak di bawah sebuah batu besar dalam keadaan terbungkus". Kemudian mereka berdua mendatangi sumur itu, lalu mereka menguras airnya dan mengangkat batu besar, kemudian mereka mengambil buntelan itu lalu membakarnya. Dan pada waktu subuh, yaitu pagi hari dari malam itu Rasulullah saw. mengutus Ammar ibnu Yasir beserta beberapa orang lainnya untuk mengambil buntelan sihir itu. Lalu mereka mendatangi sumur tersebut, tiba-tiba sesampainya mereka di sana melihat air sumur itu seakan-akan berwarna merah darah. Selanjutnya mereka menguras air sumur tersebut lalu mengangkat batu besar yang ada di dalamnya, lalu mereka mengeluarkan buntelan sihir kemudian langsung membakarnya. Ternyata di dalam buntelan itu terdapat seutas tali yang padanya ada sebelas buhul atau ikatan. Kemudian diturunkan kedua surah ini kepada Rasulullah saw., setiap kali beliau membaca satu ayat dari kedua surah tersebut terlepuslah satu ikatannya.

Kedua surah tersebut; yang pertama dimulai dengan firman-Nya, "Katakanlah!, 'Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai subuh ...'" (Q.S. Al Falaq, 1) dan surah yang kedua diawali dengan firman-Nya, "Katakanlah!, 'Aku berlindung kepada Rabb manusia...'" (Q.S An Naas, 1)

Asal hadis ini mempunyai Syahid di dalam kitab Sahih hanya, tanpa disebutkan turunnya kedua surah tersebut; akan tetapi turunnya kedua surah itu memiliki Syahid yang lainnya yang memperkuat Asbaabun Nuzul kedua surah itu. Imam Abu Na'im di dalam kitab Dalaail mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Abu Jakfar Ar Raazi yang ja telah menerimanya dari Ar Rabi' ibnu Anas, kemudian Ar Rabi' telah menerimanya pula dari Anas ibnu Malik r.a. Anas ibnu Malik r.a. menceritakan, bahwa ada seorang Yahudi berbuat sesuatu terhadap Rasulullah uaw. Maka karena hal tersebut, Rasulullah saw. mengalami sakit keras, ketika para sahabat datang menjenguknya, mereka mengira, bahwa hal itu hanyalah diakibatkan saki biasa. Kemudian datanglah malaikat Jibril dengan membawa turun kedua surah ini; malaikat Jibril segera mengobatinya dengan membacakan kedua surah itu. Lalu Rasulullah saw. keluar menemui para sahabatnya dalam keadaan sehat dan segar-bugar.

Surat AL-IKHLAS :

Imam Tirmizi, Imam Hakim dan Imam Ibnu Khuzaimah, telah mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Abul Aliyah, yang ia terima dari Ubay bin Kaab, bahwasanya orang-orang musyrik telah berkata kepada Rasulullah saw., "Ceritakanlah kepada kami mengenai Rabbmu." Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah! 'Dialah Allah Yang Maha Esa.'" (Q.S. Al Ikhlash, 1 hingga akhir surah)

Imam Tabrani dan Imam Ibnu Jarir mengetengahkan hadis yang sama melalui hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin 'Abdullah. Dengan demikian maka dapat disimpulkan, bahwa surah Al Ikhlash ini termasuk surah Makiah. Imam Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas, bahwasanya orang-orang Yahudi datang kepada Nabi saw. di antara mereka terdapat Kaab bin Asyraf dan Huyay bin Akhthab. Mereka berkata, "Hai Muhammad! Gambarkanlah kepada kami Rabbmu yang telah mengutusmu." Maka Allah swt. menurunkan firman-Nya, "Katakanlah! Dialah Allah Yang Maha Esa'." (Q.S. 112 Al Ikhlash, 1 hingga akhir surah)

Imam Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis yang sama melalui Qatadah. Demikian pula Imam Ibnu Munzir mengetengahkan pula hadis yang sama melalui Said bin Jubair. Maka dengan riwayat ini dapat disimpulkan bahwa surah ini termasuk ke dalam kelompok surah Madaniah.

Imam Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Abul Aliyah yang menceritakan, bahwa ia telah mendengar Qatadah menuturkan sebuah hadis, bahwasanya golongan yang bersekutu mengatakan kepada Nabi saw., "Gambarkanlah kepada kami Rabbmu." Lalu datanglah malaikat Jibril kepada Nabi saw. dengan membawa surah ini. Inilah orang-orang musyrik yang dimaksud di dalam hadis Ubay tadi, dengan demikian maka dapat disimpulkan, bahwa surah ini termasuk ke dalam kelompok surah Madaniah. Seperti halnya pula pengertian yang diisyaratkan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas r.a. dan kedua hadis tersebut tidak bertentangan.

Akan tetapi Imam Abu Syekh di dalam kitabnya Al 'Azhamah, mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Abban yang ia terima dari Anas r.a. yang menceritakan, bahwasanya orang-orang Yahudi Khaibar datang kepada Nabi saw. lalu mereka berkata, "Hai Abul Qasim! (nama julukan Nabi Muhammad) Allah telah menciptakan malaikat dari nur (cahaya) al Hijab, Nabi Adam dari lumpur hitam yang diberi bentuk, iblis dari nyala api, langit dari asap dan bumi dari buih air. Maka ceritakanlah kepada kami tentang Rabbmu." Nabi tidak menjawab mereka, maka datanglah malaikat Jibril dengan membawa surah ini, yaitu firman-Nya, "Katakanlah! Dialah Allah Yang Maha Esa." (Q.S. 112 Al-Ikhlash, 1 hingga akhir surah).

-------------------------------------------------------------------------------------------------

AN-NAAS
1
قُلْأَعُوذُبِرَبِّالنَّاسِ
Katakanlah:` Aku berlindung kepada Tuhan manusia,

(QS. 114:1)

2
مَلِكِالنَّاسِ

raja manusia,

(QS. 114:2)

3
إِلَهِالنَّاسِ

sembahan manusia,

(QS. 114:3)

4
مِنشَرِّالْوَسْوَاسِالْخَنَّاسِ

dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

(QS. 114:4)

5
الَّذِييُوَسْوِسُفِي صُدُورِالنَّاسِ

Yang membisikkan (kejahatan) dalam dada manusia,

(QS. 114:5)

6
مِنَالْجِنَّةِوَ النَّاسِ

dari jin dan manusia.

(QS. 114:6)

--------------------------------------------------------------------------------

TAFSIR

Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan Rasul-Nya termasuk pula di dalamnya seluruh umatnya agar memohonkan perlindungan kepada Tuhan yang menjadikan, menjaga, menumbuhkan, mengembangkan dan menjaga kelangsungan hidup manusia dengan nikmat dan kasih sayang-Nya serta memberi peringatan kepada mereka dengan ancaman-ancaman-Nya.

Allah SWT menjelaskan bahwa Tuhan yang mendidik manusia itu adalah yang memiliki dan yang mengatur semua syariat, dan yang membuat undang-undang, dan yang membuat peraturan-peraturan dan hukum-hukum agama. Barangsiapa mematuhinya akan berbahagia hidup di dunia dan di akhirat.

Allah SWT menambah keterangan tentang Tuhan pendidik manusia ialah yang menguasai jiwa mereka dengan kehesaran-Nya. Mereka tidak mengetahui kekuasaan Allah itu secara keseluruhan, tetapi mereka tunduk kepada-Nya dengan sepenuh hatinya dan mereka tidak mengetahui bagaimana datangnya dorongan hati kepada mereka itu, sehingga dapat mempengaruhi seluruh jiwa raga mereka.

Mendahulukan kata "RABB" (pendidik) dari kata "Malik" dan dari kata "Ilah" karena didikan adalah nikmat Allah yang paling utama dan terbesar bagi manusia. Kemudian yang kedua diikuti dengan kata "Malik" (Raja) karena manusia harus tunduk kepada kerajaan Allah sesudah mereka dewasa dan berakal. Kemudian diikuti dengan kata "Ilah" (sembahan), karena manusia sesudah berakal menyadari bahwa hanya kepada Allah mereka harus tunduk dan hanya Dia saja yang berhak untuk disembah.

Allah menyatakan dalam ayat-ayat ini bahwa Dia Raja manusia, Pemilik manusia dan Tuhan manusia, bahkan Dia adalah Tuhan segala sesuatu. Tetapi di lain pihak manusialah yang membuat kesalahan dan kekeliruan dalam menyifati Allah sehingga mereka tersesat dari jalan lurus. Mereka mengadakan tuhan-tuhan lain yang mereka sembah dengan anggapan bahwa tuhan-tuhan itulah yang memberi nikmat dan bahagia serta menolak bahaya dari mereka, yang mengatur hidup mereka, menggariskan batas-batas yang boleh atau tidak boleh mereka lakukan. Mereka memberi nama tuhan-tuhan itu dengan pembantu-pembantunya dan menyangka bahwa tuhan-tuhan itulah yang mengatur segala gerak-gerik mereka.

Dalam ayat lain yang hampir sama artinya Allah berfirman:
اتخذوا أحبارهم ورهبانهم أربابا من دون الله والمسيح ابن مريم وما أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا لا إله إلا هو سبحانه عما يشركون

Artinya:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(Q.S. At Taubah: 31)
Dan firman-Nya:

ولا يأمركم أن تتخذوا الملائكة والنبيين أربابا أيأمركم بالكفر بعد إذ أنتم مسلمون

Artinya:
Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para Nabi sebagai Tuhan. Apakah (patut) Dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam!. (Q.S. Ali Imran: 80).

Maksudnya, dengan ini Allah memperingatkan manusia bahwa Dia-lah yang mendidik mereka sedang mereka adalah manusia-manusia yang suka berfikir dan Dia raja mereka dan Dia pula Tuhan mereka menurut pikiran mereka, maka tidak benarlah apa yang mereka ada-adakan untuk mendewa-dewakan diri mereka padahal mereka manusia biasa.

Dalam ayat ini Allah memerintahkan manusia agar berlindung kepada Allah Rabbul Alamin dari kejahatan bisikan setan yang senantiasa bersembunyi di dalam hati manusia.

Bisikan dan was-was yang berasal dari godaan setan itu bila dihadapkan kepada akal yang sehat mesti kalah dan orang yang tergoda menjadi sadar kembali, karena semua bisikan dan was-was setan yang akan menyakiti mausia itu akan menjadi hampa bila jiwa sadar kembali kepada perintah-perintah agama. Begitu pula bila seorang menggoda temannya yang lain untuk melakukan suatu kejahatan, tetapi temannya itu berpegang kuat dengan perintah-perintah agama niscaya ia akan berhenti menggoda dan merasa kecewa karena godaannya itu tidak berhasil namun ia tetap menunggu kesempatan yang lain.

Dalam ayat ini Allah SWT menerangkan tentang godaan tersebut, iaitu bisikan setan yang tersembunyi yang ditiupkan ke dalam dada manusia, yang mungkin datangnya dari jin atau manusia, sebagaimana dalam ayat lain yang hampir sama maksudnya Allah berfirman:
وكذلك جعلنا لكل نبي عدوا شياطين الإنس والجن

Artinya:
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) Jin". Q.S. (Al An'am): 112.

Setan-setan jin itu seringkali membisikkan suatu keraguan dengan cara yang sangat halus kepada manusia. Seringkali dia menampakkan dirinya sebagai penasehat yang ikhlas, tetapi bila engkau menghardiknya ia mundur dan bila diperhatikan bicaranya ia terus melanjutkan godaannya secara berlebih-lebihan.

Dalam hal ini Nabi SAW. telah bersabda:

ان الله تجاوز لأمتي عما حدثت أنفسها ما لم تعمل أو تتكلم به "رواه أبو هريرة وخرجه مسلم
Artinya:
Sesungguhnya Allah SWT memaafkan dari umatku bisikan Jiwanya, selama ia belum mengamalkan atau mengucapkannya. HR. Bukhari dari Abu Hurairah.

Syekh Muhammad Abduh berpendapat bahwa yang menyebabkan bisikan itu ada dua macam:

  1. Dari jin yaitu sebangsa makhluk yang halus yang tersembunyi yang tidak dapat dikenal tetapi hanya dapat dirasakan bekas bisikannya dalam diri kita. Bagi setiap manusia ada setannya, yaitu kekuatan batin yang mendorong dia berbuat jahat, yang membisikkan ke dalam jiwanya bisikan-bisakan jahat.
  2. Dari setan manusia; godaan manusia ini dapat kita saksikan dengan jelas, dengan melihat dan mendengarnya.
Tersebut dalam beberapa hadis tentang adanya belalai setan, hidung setan, paruh setan yang melekat di dada manusia atau di hati, itu semua adalah gambaran dan perumpamaan saja.
Surah ini dimulai dengan kata "Pendidik", karena itu Tuhan sebagai Pendidik manusia, berkuasa untuk menolak semua godaan setan dan bisikannya dari manusia.

Allah memberi petunjuk dalam surah ini agar manusia memohon pertolongan hanya kepada Allah saja sebagaimana Dia telah memberi petunjuk yang serupa dalam surah Al Fatihah, bahwa dasar yang terpenting dalam agama adalah menghadapkan diri dengan penuh keikhlasan kepada Allah baik dalam ucapan, maupun perbuatan lainnya dan memohon perlindungan kepada-Nya dari segala godaan setan yang ia sendiri tidak mampu menolaknya.

-----------------------------------------------------------------------------------------

Al-FALAQ
1
قُلْأَعُوذُبِرَبِّالْفَلَقِ

Katakanlah:` Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,

(QS. 113:1)

2
مِنشَرِّ مَاخَلَقَ

dari kejahatan makhluk-Nya,

(QS. 113:2)

3
وَمِنشَرِّغَاسِقٍإِذَاوَقَبَ

dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,

(QS. 113:3)

4
وَمِنشَرِّالنَّفَّاثَاتِفِيالْعُقَدِ

dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,

(QS. 113:4)

5
وَمِنشَرِّحَاسِدٍإِذَاحَسَدَ

dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dengki `.

(QS. 113:5)

--------------------------------------------------------------------------------

TAFSIR

Dalam ayat-ayat berikut ini Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya termasuk juga seluruh kaum muslimin supaya selalu berlindung kepada Tuhan Pencipta semua makhluk agar terpelihara dari segala macam kejahatan atau akibat kejahatan yang ditimbulkan oleh makhluk-makhluk yang telah diciptakan-Nya.

lihat ayat 1.
Kemudian dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa sebagian makhluk-makhluk-Nya sering menimbulkan kejahatan pada waktu malam bila segala sesuatu telah diliputi oleh kegelapan. Dalam pada itu keadaan malam bila telah gelap gulita menyebabkan kita takut dan gelisah, seakan-akan ada sesuatu yang tersembunyi dalam kegelapannya yang akan menyakiti kita sebagai pembantu musuh-musuh kita.

Dalam ayat ini Allah menambah bagian makhluk yang diminta agar kita terlindung dari kejahatan tukang sihir yang meniupkan mantera-mantera dengan maksud memutuskan tali kasih sayang dan mengoyak-ngoyak ikatan persaudaraan; seperti ikatan nikah dan lain-lain. Perbuatan sihir itu dapat mengubah kasih sayang antara dua teman yang akrab menjadi permusuhan. Penghasut membawa berita yang nampaknya benar dan sulit mendustakannya, sebagaimana dilakukan oleh tukang sihir dalam usahanya memisahkan suami istri.

Syekh Muhammad 'Abduh berkata: "Berkenaan dengan keterangan tersebut di atas, telah diriwayatkan hadis tentang Nabi SAW. yang disihir oleh Labid bin A'sam, yang sangat mengesankan pada pribadi Nabi; sehingga seakan-akan beliau mengerjakan sesuatu padahal beliau tidak mengerjakannya, atau mengambil sesuatu padahal beliau tidak mengambilnya. Lalu Allah memberitahukan kepadanya tentang tukang sihir itu. Kemudian dikeluarkan sihir itu dalam hatinya, lalu Nabi SAW. menjadi sehat kembali, lalu turunlah surah ini.

Nabi SAW. kena sihir sehingga menyentuh akal yang berhubungan langsung dengan jiwa beliau, karena itu orang-orang musyrik berkata, sebagaimana firman Allah.
إن تتبعون إلا رجلا مسحورا

Artinya: "Kamu tidak lain hanyalah mengikuti seorang laki-laki yang kena sihir". (Q.S. Al Isra': 47).

Yang wajib kita itikadkan bahwa Alquran adalah mutawatir dan menyangkal bahwa Nabi SAW. kena sihir, karena yang menyatakan demikian itu adalah orang-orang musyrik, Alquran mencela ucapan mereka itu.

Hadis tersebut seandainya termasuk di antara hadis-hadis sahih, tetapi dia tergolong hadis ahad yang tidak cukup untuk dijadikan dasar dalam akidah. Sedangkan kemaksuman nabi-nabi adalah merupakan akidah yang telah dipegangi dengan yakin. Terhindarnya Nabi SAW. dari sihir bukanlah berarti mematikan sihir secara keseluruhan. Mungkin seseorang yang kena sihir menjadi gila akan tetapi mustahil terjadinya bagi Nabi SAW. karena Allah menjaga dan melindunginya.

Dijelaskan bahwa surai Al Falaq ini adalah surah Makkiyah yang diturunkan sebelum hijrah menurut pernyataan "Ata", Hasan dan Jabir, sedang yang mereka tuduhkan bahwa Nabi SAW. kena sihir di Madinah, maka sangat lema untuk berpegang pada hadis tersebut dan untuk menyatakan hadis sahih. Kita harus berpegang pada nas Alquran dan tidak perlu berpegang kepada hadis ahad tersebut.

Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan bagi makhluk yang lain yang kita disuruh berlindung kepada-Nya, yaitu: "Kami berlindung kepada Engkau Ya Tuhan kami dari kejahatan orang-orang yang dengki bila ia melaksanakan kedengkiannya dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk menghilangkan nikmat orang yang dijadikan obyek kedengkiannya dengan bermacam-macam cara dan dengan mengadakan perangkap-perangkap untuk menjebak orang yang didengkinya jatuh ke dalam kemudaratan. Tipu muslihat yang dijalankannya itu adalah sangat licik sehingga sulit mengetahuinya. Tiada jalan untuk menghindarinya dan tidak ada jalan kecuali dengan memohon bantuan kepada Allah Maha Pencipta karena Dia-lah yang dapat menolak tipu dayanya, menghindari kejahatannya atau menggagalkan usahanya.

--------------------------------------------------------------------------------

AL-IKHLAS
1
قُلْهُوَاللَّهُأَحَدٌ



Katakanlah: `Dialah Allah, Yang Maha Esa`.

(QS. 112:1)

2
اللَّهُالصَّمَدُ

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
(QS. 112:2)

3
لَمْيَلِدْوَلَمْيُولَدْ

Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,

(QS. 112:3)

4
وَلَمْيَكُن لَّهُكُفُوًاأَحَدٌ

dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia `.

(QS. 112:4)

--------------------------------------------------------------------------------

TAFSIR

Dahhak meriwayatkan bahwa orang-orang musyrik mengutus kepada Nabi Muhammad SAW Amir bin Tufail, menyampaikan amanah mereka kepada Nabi, ia berkata: "Engkau telah memecah belahkan keutuhan kami, memaki-maki "tuhan" kami, berubah agama nenek moyangmu. Jika engkau miskin dan mau kaya kami berikan engkau harta. Jika engkau gila kami obati. Jika engkau ingin wanita cantik akan kami kawinkan engkau dengannya". Nabi menjawab:

لست بفقير ولا مجنون ولا هويت امرأة أنا رسول الله أدعوكم من عبادة الأصنام إلى عبادته. فأرسلوه ثانية وقالوا: قل له بين لنا جنس معبودك. امن ذهب أو من فضة؟ فأنزل الله هذه السورة.
Artinya:
"Aku tidak miskin, tidak gila, tidak ingin kepada wanita. Aku adalah Rasul Allah, mengajak kamu meninggalkan penyembahan berhala dan mulai menyembah Allah Yang Maha Esa", kemudian mereka mengutus utusannya yang kedua kalinya dan bertanya kepada Rasulullah. Terangkanlah kepada kami macam Tuhan yang engkau sembeh itu. Apakah Dia dari emas atau perak?", lalu Allah menurunkan surah ini. (HR. Dahhak)

Surah ini meliputi dasar yang paling penting dari risalah Nabi SAW. iaitu mentauhidkan Allah dan menyucikan-Nya serta meletakkan pedoman umum dalam beramal sambil menerangkan amal perbuatan yang baik dan yang jahat, menyatakan keadaan manusia sesudah mati mulai dari sejak berbangkit sampai dengan menerima balasannya berupa pahala atau dosa.

Telah diriwayatkan dalam hadis, "Bahwa surah ini sebanding dengan sepertiga Alquran," karena barang siapa menyelami artinya dengan bertafakur yang mendalam, niscaya jelaslah kepadanya bahwa semua penjelasan dan keterangan yang terdapat dalam Islam tentang tauhid dan kesucian Allah dari segala macam kekurangan merupakan perincian dari isi surah ini.

Pada ayat ini Allah menyuruh Nabi-Nya menjawab pertanyaan orang-orang yang menanyakan tentang sifat Tuhannya, bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Esa, tidak tersusun dan tidak berbilang, karena berbilang dalam susunan zat berarti bahwa bagian kumpulan itu memerlukan bagian yang lain, sedang Allah sama sekali tidak memerlukan sesuatu apapun. Tegasnya keesaan Allah itu meliputi tiga hal: Dia Maha Esa pada zat-Nya, Maha Esa pada sifat-Nya dan Maha Esa pada afal-Nya.

Maha Esa pada zat-Nya berarti zat-Nya tidak tersusun dari beberapa zat atau bagian. Maha Esa pada sifat-Nya berarti tidak ada satu sifat makhlukpun yang menyamai-Nya dan Maha Esa pada af'al-Nya berarti hanya Dialah yang membuat semua perbuatan sesuai dengan firman-Nya.

إنما أمره إذا أراد شيئا أن يقول له كن فيكون

Artinya: Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. (Q.S. Yasin: 82).

Pada ayat ini Allah menambahkan penjelasan tentang sifat Tuhan Yang Maha Esa itu, yaitu Dia adalah Tuhan tempat meminta dan memohon.

Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Maha Suci Dia dari mempunyai anak. Ayat ini juga menentang dakwaan orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah anak-anak perempuan Allah dan dakwaan orang Nasrani bahwa Isa anak laki-laki Allah.
Dalam ayat lain yang sama artinya Allah berfirman:

فاستفتهم ألربك البنات ولهم البنون أم خلقنا الملائكة إناثا وهم شاهدون ألا إنهم من إفكهم ليقولون ولد الله وإنهم لكاذبون

Artinya: Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Mekah) "Apakah untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak-anak laki-laki, atau apakah Kami menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan (nya)? Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan: "Allah beranak". Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta. (Q.S. As Saffat: 149-152).

Dan Dia tidak beranak, tidak pula diperanakkan.

Dengan demikian Dia tidak sama dengan makhluk lainnya, Dia berada tidak didahului oleh tidak ada. Maha suci Allah dari apa yang tersebut.

Ibnu 'Abbas berkata: "Dia tidak beranak sebagaimana Maryam melahirkan Isa A.S. dan tidak pula diperanakkan. Ini adalah bantahan terhadap orang-orang Nasrani yang mengatakan Isa Al Masih adalah anak Allah dan bantahan terhadap orang-orang Yahudi yang mengatakan Uzair adalah anak Allah.

Dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan sebanding dengan Dia dalam zat, Sifat dan perbuatan-Nya. Ini adalah tantangan terhadap orang-orang yang beriktikad bahwa ada yang setara dan menyerupai Allah dalam perbuatannya, sebagaimana pendirian orang-orang musyrik Arab yang menyatakan bahwa malaikat itu adalah sekutu Allah.

Untuk meresapkan arti ketauhidan kepada Allah yang terkandung dalam surah Al Ikhlas, maka kami mencantumkan pada akhir tafsir surah ini sebuah munajat kepada Allah yang diamalkan oleh mereka yang tekun melaksanakan ibadahnya:
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله حمدا يوافي نعمه ويكافئ مزيده، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، وعلى آله وصحبه ومن والاه، يا من لا أرى سواه وإن تعددت المظاهر ولا أناجي إلا إياه وإن كثرت الظواهر ولا أبتغي إلا جدواه وإن تنوعت المصادر أسألك بحق توحيدك في الوجود وتعدد تجلياتك في الشهود وبحرمة ظهورك للبصائر واحتجابك عن المشاعر أن تقضي حاجتي إليك.... وإن لا تجعل فيها معولي إلا عليك وصلى الله على سيدنا (3 kali) محمد النبي الأمي وعلى آله وصحبه"

Artinya:
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang Segala puji bagi Allah dengan pujian yang sesuai dengan nikmat-nikmat-Nya dan seimbang nikmat tambahan-Nya. Semoga rahmat dan keselamatan dilimpahkan kepada Nabi penutup, Muhammad SAW yang tidak ada lagi Nabi sesudahnya dan kepada sekalian keluarganya, sahabat dan sekalian yang mencintainya. Ya Allah, Tuhan yang aku tidak melihat (dengan mata hatiku) selain Dia, walaupun banyak gejala-gejala nampak, dan yang aku tidak bermunajat melainkan kepada-Nya saja, walaupun banyak wujud-wujud di alam lahir dan yang aku tidak menginginkan melainkan manfaat-Nya walaupun banyak sumber-sumber pengambilannya. Aku mohon kepada-Mu dengan tawassul kepada keesaan-Mu di alam wujud dan berbilangnya tajalli (penampakan kekuasaan-Mu) di alam pancaindera dan dengan kehormatan nampaknya keagungan-Mu bagi mata hati dan tertutupnya Engkau dari jangkauan pancaindera, agar kiranya Engkau mengabulkan hajat permohonanku ini dan agar Engkau tidak membiarkan aku bersandar pada permohonanku ini; (sebutkan hajat yang dimaksud) apa hanya semata-mata kepada rahmat karunia-Mu saja dan semoga rahmat keselamatan dilimpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, Nabi yang ummi dan kepada sekalian keluarganya dan sahabatnya. (3x).

Munajat ini mengandung pula permohonan dipenuhi segala hajat keperluan yang direnungkan ketika sampai kepada kalimat:
أن تقضي حاجتي إليك.

Oleh, Ust. Syamsul Arifin - Busan Korea
| Amir Pumita Busan.
Red. pumitabusan.com



Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Posted by PUMITA on 1:07 PM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Beberapa Keutamaan ayat dalam Al Qur'an"

Leave a reply