AJUMMA ( sebutan ibu-ibu dalam bhs Korea )

"Dan Robb-mu telah memerintahkan kepada manusia, janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak kedua-nya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasing sayang. Dan katakanlah, 'Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil
(surat Al-Isra ayat 23-24)

Annyeong Haseyo?ucap seorang ajumma (wanita tua) di pagi hari yang sangat dingin ketika berpapasan dengan saya di kampus. Sayapun membalas ucapan tersebut seraya memberikan senyum kepadanya. Sang ajumma melanjutkan perkataannya dalam bahasa Korea yang sedikit saya mengerti. Mungkin yang dia tanyakan adalah kenapa datang terlalu pagi. Saya hanya tersenyum saja.

Ajumma ini sudah saya kenal sejak 2 tahun yang lalu. Tugasnya setiap pagi adalah membersihkan kampus saya ini bersama dengan ajuma-ajuma yang lain. Awal perkenalan, ketika di suatu pagi saya mendapatinya sedang terduduk kelelahan tidak jauh dari sebuah Bending machine? Saya memang sedang menuju ke vending machine tersebut saat itu untuk menikmati segelas cocoa panas. Melihatnya duduk seperti itu, saya tawarkan kepadanya untuk juga menikmati minuman hangat yg disediakan oleh mesin tsb. Dia tidak menolak tawaran saya dan memilih segelas kopi panas untuk dia nikmati. Ucapan terima kasih yang diulang-ulang keluar dari mulutnya. Sejak saat itulah setiap kali berpapasan dengan saya dia akan selalu mengucapkan salam khas Korea kepada saya.

Mungkin usia dari ajuma ini sebaya dengan ibu saya. Namun fisiknya masih segar dan mampu bekerja keras setiap paginya. Sementara kondisi fisik ibu saya sudah mulai melemah. Jika ibu saya bisa menikmati harinya di rumah setiap pagi, tidak demikian dengan ajuma ini. Dia harus bekerja membersihkan segala sampah dan kotoran di kampus, termasuk juga membersihkan toilet di lantai satu hingga lima.

Mungkin bukan suatu pemandangan yang aneh di Korea ini melihat orang-orang tua yang masih bekerja. Di hampir setiap kampus dan perkantoran, merekalah yang bertanggung jawab akan kebersihannya setiap hari. Jika kita pergi ke pasar tradisional, banyak kita jumpai orang-orang tua yang menjajakan dagangan mereka di sana. Kita akan merasa iba melihat mereka, karena dagangan yang dijajakan sangatlah sedikit dan jika di hitung keuntungannya tidaklah seberapa. Tapi tetap hal ini mereka lakukan setiap harinya.

Kemandirian para orang tua ini juga bisa kita saksikan jika kita bepergian ke luar kota dengan menggunakan kereta api. Jarang terlihat mereka ditemani oleh anggota keluarga mereka meskipun ada di antara mereka yang untuk berjalanpun sudah bongkok dan tertatih-tatih. Pernah saya menyaksikan, ada seorang ajuma yg sudah bongkok akan turun di suatu stasiun, namun karena lambatnya gerakan yang ia lakukan menyebabkan ia tidak bisa turun di stasiun tersebut karena kereta sudah kembali bergerak. Ajuma ini mengumpat sejadi-jadinya dan akhirnya menangis. Sungguh pemandangan yang sangat menyedihkan. Saya teringat dengan ibu saya saat itu.

Ibu saya tidak pernah lagi mau bepergian jika tidak ditemani oleh adik atau. Kakak-kakak saya. Kemana gerangan anak-anak mereka ini? Membiarkan ibu-ibu mereka yang sudah tua bekerja keras setiap hari. Membiarkan orang tua mereka bepergian tanpa ditemani. Bukankah mereka berhak menikmati hari tua mereka dengan menikmati secangkir teh hangat dan pisang goreng setiap paginya? Bukankah mereka juga punya hak untuk dilindungi dan dijaga ketika mereka bepergian? Di masa muda, mereka sudah lelah mengurus anak-anak dari pagi hingga larut malam. Bukankah saatnya para anak-anak ini menunjukkan sedikit bakti mereka?

Saya tidak punya jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ada yang bilang mereka melakukan semua itu untuk mengisi kesibukan di hari tua mereka. Ada yang bilang mereka tidak ingin menyusahkan anak-anak mereka, karena anak-anak mereka sangat sibuk dengan urusan pekerjaan.

Dalam Qur’an, setelah menyuruh manusia untuk bertauhid kepada Allah, Allah memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua. Dalam surat Al-Isra ayat 23-24 Allah berfirman : "Dan Robb-mu telah memerintahkan kepada manusia, janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah katakan kepada keduanya 'ah' dan janganlah kamu membentak kedua-nya. Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasing sayang. Dan katakanlah, 'Wahai Rabb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil'"

Dikenalkah kewajiban berbakti di masyarakat Korea ini kepada orang tua mereka? Berbakti kepada orang tua bukanlan bentuk balas budi kita kepada orang tua, karena sampai kapanpun kita tidak akan pernah mampu membalas kebaikan mereka.

Ya Allah, ampunilah dosa orang tua kami, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami di waktu kecil.

Oleh : Rusnaldi Karim
| Kolumnis Buletin Hidayah Pumita Busan
Red. PumitaBusan.COM



Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Posted by PUMITA on 2:32 PM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "AJUMMA ( sebutan ibu-ibu dalam bhs Korea )"

Leave a reply