Tanpa Judul Lagi

Saya suka membaca artikel yang ditulis oleh seorang penulis tetap di suatu kolom di suatu koran. Banyak makna berharga yang terkandung di dalam setiap tulisan-tulisannya tersebut. Isi tulisannya sebenarnya ringan-ringan saja. Tentang interaksi penulis dengan lingkungan sekitar.

Di suatu artikel ia mengisahkan tentang kedatangan seorang keponakannya yang datang dari desa dengan motor dan tas penuh berisi petai di punggungnya. Diceritakan bagaimana perjuangan seorang keponakan yang datang dari daerah pegunungan menembus dinginnya udara dengan sepeda motor untuk mencapai kota tempat pamannya tinggal. Keponakannya ini datang pada saat yang kurang tepat karena sang paman sedang sibuk menyelesaikan tulisan yang harus diselesaikan segera dalam waktu dekat. Hampir sang paman melakukan kesalahan terbesar dalam hidupnya, dengan cara menyambutnya secukupnya, memohon maaf karena ia sedang sibuk, mempersilahkan makan dan minum serta memberikan uang seperlunya ketika ponakan pergi. Untung sang paman segera sadar, bahwa momen seperti ini belum tentu berulang seumur hidupnya. Mengapa untuk momen persaudaraan yang jarang terjadi ini, sang ponakan disambut sekedarnya. Apakah dunia akan berhenti berputar jika ia sejenak menghentikan kesibukannya? Dengan menghentikan kesibukannya sejenak akhirnya sang paman merasakan hangatnya persaudaraan yang terjadi antara dirinya dan keponakannya. Kesibukan memang terkadang menjadi berhala bagi manusia. Pentingnya jauh melebihi hangatnya tali silaturahim sesama saudara, sesama teman bahkan antara suami dan istri serta orang tua dan anak-anak.

Di artikel yang lain, sang penulis mengisahkan tentang suatu ciuman salah waktu. Ciuman yang dilakukan sebagai wujud penyesalan orang tua kepada anak-anaknya di saat anak sedang tertidur lelap. Penyesalan orang tua karena telah bersikap berlebihan kepada seorang anak karena kelakuan sang anak yang menjengkelkan di mata orang tua. Dikisahkan bagaimana jengkelnya orang tua melihat mobil baru yang belum lunas angsurannya habis digores sang anak. Sang anak hanya mengekpresikan kegembiraannya yang kebetulan menemukan mobil sebagai medianya. Makian, jeweran dan pukulan yang diberikan orang tua sebagai buah kenakalan anak? saat itu adalah hal yang dianggap wajar dan layak diberikan kepada anak. Namun saat melihat anak tidur terlelap di malam hari, timbul rasa penyesalan yang luar biasa dari orang tua. Terkadang sambil menangis diciumnya sang anak sebagai wujud penyesalan. Ciuman itu datang di waktu yang keliru, karena anak sama sekali tidak mengetahuinya.

Kisah-kisah yang menarik masih datang dan diabadikan dalam tulisan yang lain. Dan makna-makna berharga kembali bisa ditangkap oleh pembacanya. Salah satunya ia menulis kalimat seperti ini berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan pembantu rumah tangganya mudah saja memberikan kegembiraan kepada pihak yang memang menggembirakan hatimu, tetapi sanggupkah kamu menggembirakan pihak yang menjengkelkan hatimu? Mudah saja berderma dikala hatimu sedang gembira, tetapi sanggupkah berderma di kala hati sedang marah?? Saya termasuk orang yang iseng dan jahil. Sehingga tatkala anak laki-laki saya yang tertua sering iseng dan jahil kepada adik-adiknya, istri akan selalu berkomentar like father like son? Gimana anaknya gak mau jahil, wonk ayahnya aja suka jahil? ? Salah satu keisengan yang pernah saya lakukan ke istri saya adalah menelponnya di kala ia sedang tertidur lelap. Sebenarnya keisengan ini bukan tanpa maksud. Ada pesan yang ingin saya sampaikan ke istri tercinta seperti kalimat di atas, walaupun apa yang saya lakukan ini terjadi jauh sebelum sang penulis menulis artikelnya. Saya hanya ingin istri saya tetap menjawab telepon saya dengan nada suara yang menyenangkan walaupun datangnya telepon mengganggu tidurnya. Memang egois. Telepon pertama saat ia sedang tertidur lelap dijawab dengan nada suara yang malas-malasan. Telepon kedua datang pun dijawab dengan nada yang lebih kesal. Mendapat respon yang seperti itu, sayapun memutuskan untuk cuti sementara menelponnya. Sayapun hanya menelepon ke rumah siang hari di saat istri sedang berada di tempat kerja. Hampir seminggu saya cuti menelponnya, hingga akhirnya ia sendiri yang menelpon saya dan menanyakan kenapa gak pernah telepon. Saat itulah saya jelaskan bahwa saya hanya menginginkan bahwa saya tetap diterima dengan senang hati di suasana seperti apapun, seperti halnya dirinya menyapa saya dengan Yahoo Messenger (YM) di saat saya sedang sibuk mengerjakan tugas. Karena sesibuk apapun saya saat ia menyapa saya lewat YM, saya segera menghentikan kegiatan saya dan melayani istri dan anak-anak hingga sejam atau dua jam. Alhamdullillah istri mau berubah. Sebagai bukti apakah ia sudah berubah, sayapun mencobanya menelpon beberapa kali di saat ia sedang tertidur lelap. Jawaban riangpun selalu saya terima di ujung telepon sana walaupun saya tahu ia pasti sedang ngantuk, dan sayapun tidak pernah lagi menelponnya di saat ia sedang tertidur.

Oleh Rusnaldy Karim
Kolumnis Buletin Hidayah Pumita Busan
Red. PumitaBusan.COM



Bagikan ke :

Facebook Google+ Twitter Digg Technorati Reddit
Posted by PUMITA on 11:57 AM. Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry

0 komentar for "Tanpa Judul Lagi"

Leave a reply